Friday, December 10, 2004

Malaysia dan Singapura Kuasai Bisnis Seluler Indonesia

JAKARTA - Perusahaan telekomunikasi Malaysia dan Singapura kini bersaing memperebutkan pasar telekomunikasi di Indonesia. Sebelumnya, Malaysia kalah bersaing dengan Singapura ketika berebut saham PT Telkomsel dan PT Indosat Tbk. Kini, Telekom Malaysia mulai masuk Indonesia dengan membeli 27,3% saham PT Excelcomindo Pratama. “Telekom Malaysia membeli 27,3% saham XL senilai US$ 314 juta,” tutur Presiden Direktur PT Telekomindo YW Junardy, di Jakarta, Kamis (9/12).
Harga pembelian saham XL itu jauh melebihi harga saham PT Indosat.. Ketika STTC Singapore ingin menguasai 49,41% saham Indosat, perusahaan Singapura itu hanya merogoh kocek Rp 1,4 triliun.
Telekom Malaysia berhasil masuk ke XL dengan membeli 23,1% saham Verizon dan 4,2% saham Mitsui & Co, Ltd. Menurut YW Junardy, Telekom Malaysia telah mendapat lampu hijau dari Rajawali Grup, pemilik 100% saham PT Telekomindo yang menguasai 60% saham XL. Telekom. "Malaysia masuk ke XL melalui TM International Ltd (TMI)," kata dia.
Dalam akuisisi ini Telekom Malaysia menunjuk Citigroup Global Markets sebagai penasihat investasi. Sedangkan Morgan Stanley dan Credit Suisse First Boston sebagai joint penasihat Rajawali Grup. Kesepakatan transaksi pembelian tersebut berlangsung di Kuala Lumpur, Malaysia. Telekom Malaysia, kata Junardy, akan menunaikan kewajibannya pada Januari 2005.
Masuknya Telekom Malaysia ke XL, kata dia, sebagai bagian dari strategi perusahaan milik pemerintah Malaysia untuk menjadi perusahaan regional. “Selain membeli saham XL, Telekom Malaysia malam ini (kemarin,red) juga akan menandatangani pembelian saham perusahaan seluler di India,” jelas dia.
Selain di India dan Indonesia, Telekom Malaysia juga telah menanamkan investasi di negara Asia lainnya. “Di Kamboja, Telekom Malaysia memiliki saham di perusahaan seluler nomor tiga di negara tersebut. Di Bangladesh dan Srilanka, masing-masing di perusahaan nomor dua dan nomor satu,” jelas Junardi.
Minat Telekom Malaysia memasuki bisnis seluler di Indonesia tergolong cukup ‘menggebu’. Sebelumnya, perusahaan tersebut telah mencoba masuk ke PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) dan PT Indosat Tbk. Namun, persaingan dimenangkan oleh Singtel yang akhirnya menguasai 35% saham Telkomsel dan STTC Singapore yang berhasil membeli 49,41% saham Indosat senilai Rp 1,4 triliun.
Dalam siaran pers yang diterima Investor Daily, Kamis, Tan Sri Dato’ Radzi Mansor, Chairman Telekom Malaysia mengatakan, pihaknya juga berminat menjadi pemegang saham mayoritas di XL pada tahun 2005. Transaksi ini akan melengkapi rencana XL untuk melakukan penawaran publik pada semester pertama 2005.
“Ini jelas sebagai transaksi akuisisi dan merupakan bagian dari strategi kami dalam mendapatkan aset seluler pasar yang penetrasinya masih rendah. Indonesia merupakan kawasan ekonomi Asean yang punya potensi pasar cukup besar di masa yang akan datang,” katanya.
Sementara itu, CEO Grup Telekom Malaysia Dato’ Abdul Wahid Omar mengatakan, visi dan strategi perseroan adalah membantu meningkatkan posisi XL di pasar Indonesia dan membuat XL menjadi kontributor pokok terhadap pertumbuhan Telekom Malaysia ke depan. “Posisi kami sebagai pemimpin pasar Malaysia dikombinasikan dengan pengalaman luas sebagai investor regional akan bermanfaat bagi XL,” ungkap dia.
Pasar seluler Indonesia cukup memikat bagi investor asing. Hingga akhir tahun 2004, pengguna seluler di Indonesia diperkirakan mencapai 27 juta orang. “Tahun depan, pengguna seluler diprediksi mencapai 10 juta orang,” tutur Ketua Asosiasi Telepon Seluler Indonesia (ATSI) Rudiantara. Hingga akhir September 2004, pasar seluler dikuasai oleh tiga perusahaan, Telkomsel memiliki 13,7 juta pelanggan, Indosat sebanyak 8,97 juta dan Excelcomindo sebanyak 4,2 juta.
Rudiantara yang juga menjadi direktur XL mengatakan, kehadiran Telekom Malaysia akan meningkatkan kemampuan investasi perusahaan. "Tahun 2005, perusahaan membutuhkan modal kerja (capex) sekitar US$ 200 juta,” kata dia.
Menurut dia, perusahaan yang bergerak di bidang operator seluler saat ini tidak lagi bisa menunda-nunda ekspansi.
Pesaing XL, yakni Indosat dan Telkomsel, masing-masing bakal mengeluarkan capex sekitar US$ 500 juta dan US$ 600 juta pada tahun 2005. Keduanya, berancang-ancang merebut pelanggan baru. Telkomsel menargetkan 6 juta pelanggan baru sehingga total pelanggan tahun 2005 menjadi sekitar 21,3 juta. Indosat mematok target pertumbuhan hampir sama dengan 2004, yakni 4 juta pelanggan baru sehingga total pelanggan menjadi sekitar 13 juta.
Di tempat terpisah, CEO Rajawali Grup Peter Sondakh mengatakan, “Kami sangat gembira mendapatkan Telekom Malaysia sebagai partner baru dan berpartisipasi dalam meningkatkan pertumbuhan XL yang terus menerus.”

Perbaiki Kompetisi
Di tempat terpisah, pengamat telekomunikasi Heru Sutadi mengatakan, iklim investasi untuk bisnis seluler di Indonesia dinilai masih cukup menarik. Masuknya investor asing diperkirakan akan menambah kecepatan penetrasi bisnis seluler di Indonesia. Industri seluler yang tahun 2004 ini diprediksikan memiliki 26-27 juta pelanggan diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan lebih cepat lagi. “Tahun 2005, saya kira pelanggan seluler bisa mencapai 40 juta,” kata Heru.
Selain itu, masuknya pemain asing diharapkan semakin memperbaiki iklim persaingan. (ed/tri)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home