Monday, December 13, 2004

Menanti Kompetisi Penuh Industri Telekomunikasi

Oleh Edo Rusyanto
Wartawan Investor Daily

WAJAH persaingan perebutan kue bisnis telekomunikasi di Tanah Air memasuki babak baru pada tahun 2004. Dari era monopoli menjadi duopoli. Departemen Perhubungan (Dephub) mengumumkan Pelaksanaan Restrukturisasi Sektor Telekomunikasi pada 30 Maret 2004.
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) yang semula dimanjakan oleh iklim monopoli di bidang telepon tetap (fix phone), kini harus berbagi kue dengan PT Indosat Tbk. Sebaliknya, Indosat yang selama ini menguasai pasar sambungan langsung internasional (SLI), harus berbagi dengan Telkom.
KM 28 Tahun 2004 tentang perubahan atas KM 4 Tahun
2001 tentang Penetapan Rencana Dasar Teknis Nasional
2000 menjadi kunci pembuka era monopoli.
Terkait KM 28 Tahun 2004, pemerintah memberikan hak kepada Telkom untuk menggunakan kode akses 007 untuk penyelenggaraan SLI dan memberikan hak kepada Indosat untuk menggunakan Kode Akses 011 untuk penyelenggara sambungan langsung jarak jauh (SLJJ). Selain itu, Kode Akses SLJJ Telkom yang semula menggunakan Prefiks Nasional “0” harus berubah menjadi 017. Sedangkan untuk SLI Indosat, tetap berlangsung dengan dua kode yang sudah ada yakni 001 dan 008.
Kesiapan berkompetisi kedua operator penguasa pangsa pasar industri telekomunikasi itu, hingga kini terasa makin kuat. Secara intensif Telkom dan Indosat menyiapkan infrastuktur masing-masing serta melakukan serangkaian kesepakatan teknis dan bisnis saling menguntungkan.
Indosat tidak saja hanya bisa masuk bisnis telepon tetap. Perusahaan yang saat ini sebesar 49,41% sahamnya dimiliki STTC Singapore itu, sejak Agustus 2004 telah masuk ke bisnis jasa lokal Fixed Wireless Access (FWA) lewat produk CDMA Star One.
Produk sejenis telah diluncurkan Telkom lebih dahulu dengan label TelkomFlexi yang kini mengantongi sekitar 1,1 juta pengguna.
Indosat cukup serius dalam memasuki bisnis FWA. Hingga kini memang baru meraih sekitar 60 ribu pelanggan. Untuk itu Indosat tak pernah henti melakukan penetrasi pasar. Setelah menggandeng mitra di Yogjakarta, menjelang akhir tahun 2004, Indosat akan segera menggandeng dua mitra baru.
Pertempuran di lini ini memang belum imbang. Telkom masih dominan. Telkom lebih suka meningkatkan bisnis flexi ketimbang telepon tetap (kabel). Alasannya, biaya investasi flexi sekitar US$ 300 sedangkan telepon tetap bisa mencapai US$ 1.000 per satuan sambungan telepon (sst). Tahun depan, Telkom hanya menargetkan 400 ribu sst. Hingga kini pelanggan Telkom, di luar flexi, sekitar enam juta.

Persaingan SLI
Bagaimana persaingan SLI? Sejak Juni 2004 secara resmi berhasil meluncurkan jasa SLI Telkom International Call (TIC) 007. Untuk layanan SLI-nya ini, Telkom mengaku merogoh kocek sekitar US$ 20 juta.
Sejak diluncurkan pada 7 Juni 2004, Telkom mencanangkan target penguasaan pangsa pasar sebesar 25% atau sekitar Rp 400-an miliar. Guna mencapai target itu, secara intensif Telkom menggarap berbagai segmen pasar SLI seperti korporasi, hotel, pelanggan residensial maupun wartel. Wartel merupakan salah satu kontributor revenue SLI yang cukup tinggi.
Kehadiran TIC 007 tentu sajanya sedikit banyak akan ‘mengusik’ pemain lama, Indosat. Sebagai pemain tunggal – sebelum era duopoli, sepanjang tiga tahun terakhir, tercatat pendapatan SLI Indosat terus mengalami penurunan. Jika pada tahun 2001 pendapatan SLI Indosat masih mencapai Rp 2,15 triliun, setahun kemudian turun menjadi Rp 2,13 triliun. Tahun 2003, turun 15,4% menjadi Rp 1,8 triliun. Boleh jadi penurunan tersebut juga dipengaruhi oleh kehadiran operator telepon internet (VoiP).
Seorang pengamat telekomunikasi memperkirakan, Telkom akan mampu menyusul pangsa pasar SLI Indosat di tahun 2005. Komposisinya dapat seimbang 51% Telkom dan 49% Indosat.
Untuk bisnis SLI, semestinya kedua operator telekomunikasi tersebut sudah mampu melakukan kompetisi penuh. Keduanya sudah memiliki mitra cukup banyak di berbagai negara. Bahkan, pekan ini Telkom akan meluncurkan produk pra bayar (prepaid) untuk SLI. Selain membidik pelanggan reguler, pasar umat muslim Indonesia yang menjalankan ibadah haji juga cukup besar. Setidaknya, musim haji tahun ini warga negara Indonesia (WNI) yang berangkat ke Saudi Arabia tidak kurang dari 200 ribu WNI. Belum lagi pasar tenaga kerja Indonesia (TKI) dan pebisnis yang berkongsi dengan mitra asing.
Kesiapan sejenis juga dilakukan oleh Indosat. Bahkan, Indosat tergolong lebih gencar berpromosi di siaran televisi swasta. Saat ini, iklannya dapat kita temui hampir tiap malam.

Masih Bersitegang
“Perseteruan tidak sehat” nampaknya masih terjadi pada bisnis SLJJ. Sesuai keputusan pemerintah, seharusnya perubahan kode akses SLJJ Telkom setidaknya berlaku mulai Mei 2005. Namun, Telkom meminta agar diberlakukan bertahap selama lima tahun. Telkom merasa biaya yang dikeluarkan untuk perubahan kode akses 0 menjadi 0IX dan kode akses dari 0IX menjadi 010XY, terlalu memberatkan Telkom. Perubahan harus dilakukan karena mayoritas jaringan tetap Telkom masih belum memiliki kemampuan sebagaimana dipersyaratkan pada KM-KM peraturan pelaksanaan Restrukturisasi Sektor Telekomunikasi pada tanggal 30
Maret 2004.
Perubahan kode akses SLJJ Telkom memang terkesan berlebihan. Pertama, biaya yang ditanggung Telkom cukup tinggi. Kedua, system penagihan (billing) telepon saat ini praktis masih mengandalkan Telkom. Dan, ketiga, pendatang baru di bisnis SLJJ tidak perlu “repot-repot” menjaring pelanggan baru. Pelanggan Telkom yang sudah ada praktis nanti juga akan menggunakan fasilitas Indosat.
Diharapkan Desember ini Perjanjian Interkoneksi antara Telkom dan Indosat sebagai implementasi duopoli pasar telekomunikasi dapat ditandatangani. Harapannya, pada awal tahun 2005 duopoli pasar telekomunikasi tetap domestik secara penuh (lokal dan SLJJ) di Indonesia mulai berlaku efektif. Di sisi lain, pekan lalu, Menteri Perhubungan (Menhub) Hatta Radjasa mengaku akan mempelajari perkembangan terkini soal perubahan kode akses SLJJ.
Harapan konsumen, semakin cepat terjadinya persaingan penuh di bisnis telekomunikasi akan mendorong layanan lebih baik. Tentunya, harga yang ditawarkan operator juga dapat lebih terjangkau kantong. *









0 Comments:

Post a Comment

<< Home