Tuesday, December 13, 2005

Penetrasi 3G di Indonesia Butuh Tiga Tahun

SINGAPURA-Pelaku industri telekomunikasi memperkirakan layanan seluler generasi ketiga (3G) membutuhkan waktu tiga tahun untuk bisa eksis di Indonesia. Pada fase itu, layanan yang mampu memenuhi kebutuhan data, gambar, dan suara itu sudah familiar di Tanah Air.
“Saya rasa butuh waktu sekitar tiga tahun mengingat perlunya sosialisasi dan dukungan handset 3G yang nyaman bagi konsumen,” ujar Erick Loh, investor relations corporate communication Starhub Singapore, kepada Investor Daily, di Singapura, Senin (13/6).
Namun, Direktur PT Telkomsel Erick Mejerk menegaskan, penetrasi layanan 3G di Indonesia dapat dipercepat dalam kurun waktu satu tahun. “Layanan Telkomsel sudah siap, tinggal menunggu lisensi dari pemerintah,” kata Erick, kepada Investor Daily di sela Communic Asia 2005, di Singapura, Selasa (14/6).Menurut dia, penetrasi pasar 3G tergantung isi layanan para operator. Dia melihat fasilitas handset saat ini sudah cukup mendukung.
Starhub yang merupakan anak usaha Singapore Technoligies Telemedia (ST Telemedia) sudah meluncurkan layanan 3G sejak April 2005. Namun, pihaknya menemui kendala pada handset yang belum nyaman. “Prospek layanan 3G cukup potensial. Untuk itu, Starhub merogoh kocek S$ 70 juta untukinvestasi infrastruktur 3G,” ujar dia.
Starhub yang 49,69% sahamnya dimiliki ST Telemedia Singapore itu, hingga kini telah memiliki sekitar satu juta pelanggan seluler. Sepanjang kuartal pertama 2005, Starhub membukukan pendapatan seluler S$ 196 juta, meningkatdibandingkan periode sama pada 2004 senilai S$ 167 juta.Para praktisi operator seluler yang ditemui di pameran komunikasi Asia terbesar itu juga menegaskan, layanan 3G dapat melesat pesat seiring masuknya handset ke pasar golongan menengah bawah. “Dalam setahun sejak saat ini bisa saja harga handset masuk ke segmen menengah bawah dan itu mendukung penetrasi layanan 3G,” kata seorang eksekutif operator seluler.Potensi layanan 3G untuk kawasan Asia Pasifik didukung oleh besarnya pasar pengguna pelanggan komunikasi bergerak. “50% dari sekitar dua miliar pengguna layanan tersebut berada di Asia, khususnya Indonesia, Cina, India, dan Vietnam,” ujar Urpo Karjalainen, senior vice president Nokia Customer and Market Operation untuk Asia Pasifik.
Di Indonesia sejumlah operator telah melakukan uji coba layanan 3G. Telkomsel menggandeng Nokia dan Siemens. “Untuk ujicoba, kami mendapat pita 5 Megaheiz,” tutur Suryo Hadiyanto, corporate communication Telkomsel.Operator lainnya yang telah melakukan uji coba adalah PT Cyber Access Communication (CAC) yang memperoleh lisensi 15 MHz. Operator lain yang telah mendapat lisensi adalah PT Natrindo Telepon Seluler (NTS).
Hitung Harga 3G
Hingga kini, pemerintah Indonesia sedang menghitung harga frekuensi 3G, menyusul penerapan kebijakan untuk tidak lagi memberikan frekuensi ini secara gratis kepada operator. “Diupayakan harga frekuensi 3G merupakan harga yang wajar namun juga tidak akan membebani operator,” kata Tulus Rahardjo, direktur spektrum frekuensi radio dan orbit sateli,t Ditjen Postel, kepada Investor Daily di Jakarta, Selasa (14/6).
Namun, pemerintah kemungkinan akan menerima perhitungan harga frekuensi (up front fee) berdasarkan mekanisme lelang maupun perkiraan secara tepat. Dalam menghitung harga frekuensi, jelas Tulus, pemerintah juga akan melihat harga frekuensi di luar negeri sebagai acuan.
Sumber yang dekat dengan Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) menjelaskan, masalah perhitungan harga frekuensi 3G telah menjadi satu masalah yang paling mendapatkan perhatian pemerintah. “Kebijakan ini dinilai sangat penting berkaitan dengan upaya pemerintah dalam menerapkan kebijakan penataan frekuensi,” jelas dia.
Terkait penyelesaian audit 3G, menurut sumber itu, tim audit masih kini sudah memasuki tahap finalisasi. Dia berharap, proses audit 3G akan selesai Juni ini. “Hasil audit itudiharapkan akan menjadi salah satu pertimbangan memutuskan kebijakan penataan frekuensi 3G,” jelas sumber.
Beberapa waktu lalu, Menkominfo Sofyan A Jalil memastikan operator eksisting, seperti, PT Telkomsel dan PT Indosat Tbk akan mendapatkan alokasi frekuensi 3G. “Masih ada frekuensi, tapi perlu ditata ulang, artinya operator masih bisa dapat, kita akan upayakan, mereka (Telkomsel dan Indosat) harus dapat,” kata Sofyan.
Komitmen pemerintah untuk memberikan frekuensi 3G bagi operator eksisting, didasari pemahaman bahwa kedua perusahaan itu memang harus senantiasa mengikuti perkembangan teknologi seluler. “Mereka harus dapat, kalau tidak orang akan mengatakan Telkom dan Indosat bisa mati sendiri, karena, (mereka tidak melakukan -Red) migrasi ke 3G,” kata Sofyan.
PT Telkomsel mengaku paling siap mengimplementasikan layanan seluler generasi ketiga (3G) di Indonesia. "Kalau ada kesempatan untuk menyelenggarakan layanan 3G di Indonesia maka kami kira yang paling patut mendapatkan kesempatan tersebut adalah PT Telkomsel, dilihat dari aspek manapun," kata Bambang Riadhy Oemar, direktur Telkomsel. PTTelkomsel.
Menurut dia, Telkomsel telah menyiapkan perencanaan pengembangan teknologi sampai ke platform 3G. Beberapa kesiapan yang berkaitan dengan penyelenggaraan layanan 3G telah dimiliki perseroan antara lain, basis pelanggan yang paling besar, penguasaan teknologi yang paling memadai, serta dukungan finansial yang kuat.
Di sisi lain, PT Indosat mengaku siap untuk mengimplementasikan 3G. Kini, perseroan tersebut sedang menunggu alokasi frekuensi 3G yang akan diberikan pemerintah untuk uji coba. (tri/ed)
Investor Daily, 15 Juni 2005

0 Comments:

Post a Comment

<< Home