Wednesday, September 07, 2005

Pemerintah Diminta Dorong Kehadiran Investor Asing

Jakarta –Pengamat telekomunikasi Heru Sutadi mengatakan, penetrasi industri seluler di Tanah Air masih rendah dibandingkan Vietnam dan Singapura.
“Hal inilah yang perlu diperhatikan pemerintah untuk lebih kreatif dalam mendatangkan investor asing," kata dia, pada sebuah diskusi, di Jakarta, baru-baru ini.
Menurut Heru, penetrasi di Vietnam telah mencapai 15% dan Singapura 58%. Sedangkan di Indonesia, pengguna telepon tetap (fixed line) masih sekitar 4% dan seluler 13% dari 230 juta penduduk.
Meski demikian, pertumbuhan industri seluler di Indonesia cukup pesat. Jika pada 2001 baru 6,7 juta pelanggan, pada 2004 jumlah pelanggan seluler melonjak menjadi 40 juta pelanggan.
Heru menuturkan, pemerintah harus mendorong agar investasi yang masuk dapat dikembangkan dan dapat mengembangkan industri turunannya. Misalnya, membuka pabrik handshet di Indonesia.
Bagi anggota Komisi V DPR Darul Siska, bisnis seluler di Indonesia merupakan bisnis yang cukup besar. Oleh karena itu, pihaknya setuju jika pemerintah terus berupaya mendorong investor asing masuk ke Indonesia utamanya melalui pasar modal. "Jika pemerintah tidak mendorong adanya investor asing masuk, kita akan terus tertinggal dalam pembangunan industri telekomunikasi," kata Darul Siska, belum lama ini.
Ia menegaskan prospek telekomunikasi masih cukup luas, karenanya DPR secara tidak langsung mendorong agar pemerintah mengundang investor asing untuk masuk ke pasar dalam negeri melalui penciptaan perundang-undangan yang kondisif dengan penyempurnaan UU No. 36/1999 tentang Telekomunikasi.
Sementara itu, pengamat ekonomi dari Indef Aviliani mengatakan, peluang pasar di sektor telekomunikasi di Indonesia cukup besar, karena itu wajar jika sudah ada beberapa industri telekomunikasi termasuk seluler, masuk bursa saham.
"Ini menjadi penting untuk menarik para investor lain juga mengikuti langkah Exelcomindo yang akan melakukan publik offering," katanya.
Ia menyebutkan, melihat pengalaman PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dan PT Indosat Tbk, kesuksesan perusahaan telekomunikasi masuk bursa karena memang perusahaannya sukses, dan harganya tidak terlalu mahal. Meskipun di dalam BUMN itu sendiri terkandung nilai-nilai tersebunyi yang tidak bisa di nilai dengan uang (hidden value).
“Dengan kondisi pasar dan moneter yang masih lemah, publi telah mengetahui bahwa pemain baru yang akan go public di sektor telekomunikasi merupakan mekanisme investor asing yang memang sudah mau masuk,” ucapnya.Saat ini beberapa investor asing yang memiliki saham di perusahaan telekomunikasi, khususnya seluler adalah; ST Telemedia Singapura yang memiliki 42% saham Indosat, Singtel menguasai 35% PT Telkomsel, Telekom Malaysia menguasai 27,3% saham PT Excelcomindo Pratama, Hutchison menguasai 60% saham Cyber Access Communication dan Maxis menguasai 51% saham Natrindo. (ed)

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home