Telkom Takkan Kurangi Sahamnya di Telkomsel
JAKARTA - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) tidak berniat mengurangi kepemilikan sahamnya di Telkomsel, operator seluler terbesar di Indonesia. Telkom juga tidak akan mendesak Singtel untuk melepas kepemilikannya di Telkomsel.
Hal itu diungkapkan Direktur Utama (Dirut) Telkom Arwin Rasyid menjawab pertanyaan Investor Daily, dalam pertemuan antara direksi Telkom dan pemimpin redaksi media massa di Jakarta, Rabu (3/8).
Saat ini komposisi kepemilikan Telkomsel terdiri atas 35% (Singtel) dan 65% (Telkom).
Selain bermitra langsung, Telkom dan Singtel juga bermitra tidak langsung dalam proyek kerjasama operasi (KSO) Telkom Divre VII wilayah Indonesia Bagian Timur. Singtel menggandeng Bukaka dan memperoleh hak mengoperasikan Divre VII hingga 2010.
Komitmen untuk tidak melepas saham di Telkomsel, menurut Arwin, didasari pertimbangan bahwa prospek bisnis seluler sangat bagus. Telkomsel hingga semester pertama 2005 menguasai 54% pangsa pasar seluler di Tanah Air. Tahun ini, pasar seluler diperkirakan tumbuh menjadi 50 juta pengguna. Dan, ujar Arwin, akan melesat menjadi 90 juta pengguna pada 2010, dengan teledensitas 38%. Sedangkan pertumbuhan telepon tetap hingga 2010 baru mencapai 18 juta, dengan teledensitas7,7%. “Jadi, Telkom tidak akan mengurangi porsi sahamnya, dan kami juga tidak minta Singtel (Singapore Telecommunications, red) untuk melepasnya,” ungkap mantan Wakil Dirut BNI itu.
Pernyataan Arwin ini dikemukakan terkait dengan rencana pemerintah untuk meninjau ulang batasan kepemilikan asing di perusahaan telekomunikasi. Bahkan, Wapres Jusuf Kalla pekan lalu menyatakan niat pemerintah untuk membeli kembali saham PT Indosat Tbk yang berada di tangan publik maupun di Singapore Technologies Telemedia. Di PT Indosat Tbk, pemerintah memiliki saham 14,69%.
Arwin menegaskan, Telkom tetap membutuhkan kehadiran Singtel. Telkom masih memerlukan injeksi modal dan transfer teknologi dari perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Asean itu. Pada 2004, Singtel memiliki pendapatan sebesar US$ 7,5 miliar dengan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) US$ 3,7 miliar.
Tentang kondisi keuangan Telkom, Arwin menyebut bahwa perseroan memiliki EBITDA sebesar Rp 22 triliun, dengan utang sekitar Rp 17,9 triliun. “Umumnya, perusahaan berhak mendapat plafon kredit tiga kali dari EBITDA. Jadi, Telkom sebenarnya berhak memperoleh kredit Rp 60 triliun lebih,” ujar Arwin.
Hingga 30 Juni 2005, Telkomsel masih mendominasi kontribusi bagi pendapatan Telkom yang mencapai 33,1%, disusul pendapatan telepon tetap (fixed phone) dengan porsi 27,86%, pendapatan interkoneksi 18,06%, dan jasa jaringan 13,9%. Pendapatan dari jasa seluler tercatat Rp 6,41 triliun, sedangkan telepon tetap sebesar Rp 5,47 triliun. Pada periode tersebut, total pendapatan usaha Rp 19,34 triliun. Dengan EBITDA sebesar Rp 11,63 triliun dan EBITDA margin 60%.Telkom kini memiliki pelanggan telepon tetap 12,09 juta nomor, telepon tetap nirkabel Telkom Flexi 3,46 juta nomor, serta pelanggan telepon seluler (Telkomsel) mencapai 22 juta nomor.
Komposisi pemilik saham Telkom terdiri atas, pemerintah Indonesia (51,19%), pemodal asing (45,85%) dan pemodal nasional (2,96%). (pd/ed)
Labels: telekomunikasi
0 Comments:
Post a Comment
<< Home