Wednesday, July 27, 2005

Citra Marga Diduga Gandeng Sampoerna

Jakarta-Direktur Utama (Dirut) PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (Citra Marga) Daddy Hariadi menegaskan, pihaknya kemungkinan menjajaki keluarga Sampoerna guna mengikuti tender 13 ruas jalan tol akhir Juli 2005.
“Kami mendekati siapa saja sebagai calon investor, termasuk keluarga Sampoerna,” tukas Daddy, kepada Investor Daily, Selasa (26/7).
Ia mengaku saat ini sedang mempelajari ruas-ruas tol yang ditawarkan dalam tender tersebut. “Kami masih lihat-lihat. Kita paling ikut yang kecil. Tidak ada tenaga lagi. Mungkin kita gandeng Sampoerna. Bagi kita, sangat dimungkin berpartner dengan siapa saja,” tambah Daddy.
Ia menuturkan, Citra Marga memiliki pengalaman dalam membangun dan mengelola jalan tol. Sedangkan kekuatan finansial Citra Marga tidak memungkinkan jika mengikuti banyak tender ruas tol. “Kami sudah mengikuti tender tol tahap pertama, itupun dengan membentuk konsorsium,” ujar dia.
Pada tender enam ruas jalan tol yang digelar Departemen Pekerjaan Umum (DPU), Citra Marga membentuk dua konsorsium. Konsorsium pertama bersama Bakrie, Nindya Karya dan Istakakarya untuk menggarap proyek tol Cinere-Jagorawi. Sedangkan konsorsium kedua, bersama Hutama Karya, Perusahaan Perumahan, Waskita Karya, dan Semen Bosowa untuk menggarap proyek tol Depok-Antasari. Dalam konsorsium tersebut, CMNP menjadi majority investor (lead consortium).
Mengenai kesiapan mengikuti tender tol tersebut, menurut Daddy, pihaknya sudah menyiapkan dokumen tender. “Kita sudah siap dokumennya, nanti dimasukkan tanggal 8 Agustus 2005,” kata dia.
Sedangkan minat keluarga Sampoerna masuk bisnis jalan tol -- pascamenjual sebagian besar sahamnya di PT HM Sampoerna Tbk, mulai mencuat saat berupaya membeli saham pengelola ruas jalan tol Jakarta-Merak. Namun, keluarga Sampoerna kalah bersaing dengan PT Astra International Tbk.
Menurut Daddy, seiring rencana pemerintah menggelar tender tol tahap dua pada akhir Juli 2005, pihaknya akan mengincar ruas-ruas tol yang ada di Pulau Jawa. “Sampai saat ini, kepastian pengembalian investasinya masih cukup bagus,” kata dia.
Nilai tender investasi 13 proyek jalan tol yang akan digelar DPU melalui Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT), mencapai sekitar Rp 30 triliun. Lebih besar dibandingkan tender investasi enam ruas tol yang mencapai Rp 12,5 triliun.

Terlalu Berat
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) Fatchur Rochman menilai, tender tol tahap pertama yang akan memasuki tahap pengajuan penawaran oleh 18 konsorsium pada 8 Agustus mendatang, memiliki persyaratan terlalu berat.
Pada tahap prakualifikasi tender, dari lebih 160 calon investor akhirnya membentuk 37 konsorsium dalam dan luar negeri, kemudian yang lolos prakualifikasi 18 konsorsium. Ia menyangsikan ke-18 konsorsium tersebut akan memasukan penawaran tender pada 8 Agustus.”Kalau memasukkan penawaran tender semua sesuai peraturan tender DPU, hal itu dapat menjadi tolok ukur bagi pemerintah. Kalau tidak sesuai harapan, perlu dikaji ulang,” tukas dia, kemarin.
“Saya takut tidak sesuai harapan. Karena syaratnya terlalu berat atau kurang standar,” tambahnya.
Syarat yang berat tersebut, kata dia, di antaranya adalah mengenai harga tanah. “Calon investor harus menaruh sejumlah uang. Kalau kurang, investor harus nambah. Saat investor melaksanakan konstruksi, harus menaruh non performance bond sebagai jaminan akan membangun ruas tol tersebut,” jelas Fatchur. Ia berharap, saat proses tender tidak ada lagi proses negosiasi. “Tender investasi jangan sampai seperti tender konstruksi. Pada tender investasi, uangnya dari investor. Sedangkan tender konstruksi uangnya dari pemerintah,” tutur dia. (ed)

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home