Tuesday, December 13, 2005

Persaingan Bisnis SLI Semakin Ketat

BISNIS layanan telepon sambungan langsung internasional (SLI) masih memikat. Menurut seorang pengamat, tahun ini nilai bisnis tersebut bakal tumbuh 20% menjadi sekitar Rp 2,5 triliun.
Setelah monopoli SLI dibuka, pemain bisnis ini terus bertambah. Selain PT Indosat Tbk dengan kode 001 dan 008, sejak Juni 2004, setelah pemerintah menerbitkan surat keputusan Menteri Perhubungan Nomor 162 tahun 2004, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) meluncurkan Telkom International Call (TIC) 007. Di luar dugaan, sepanjang kurun waktu tujuh bulan, pada 2004 TIC 007 menggerogoti pangsa pasar SLI Indosat hingga 25%.
TIC 007 merupakan layanan International Direct Dialing (IDD) berteknologi dengan basis (clear channel) sehingga kualitas suaranya lebih baik atau premium.
Namun, perjalanan bisnis SLI milik Telkom tidak berjalan mulus. Tudingan bahwa Telkom bertindak tidak fair dengan menghambat (blocking) panggilan SLI milik Indosat, bermuara di Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Sekitar Oktober 2004, KPPU mengeluarkan keputusan agar Telkom menghentikan praktik persaingan usaha tidak sehat. Telkom diminta meniadakan persyaratan perjanjian kerja sama (PKS) atas pembukaan akses SLI dan atau jasa telepon internasional lain selain produk perseroan. Pengelola warung telekomunikasi harus bebas menjual jasa dan atau produk di luar Telkom. BUMN tersebut terbukti secara sah dan menyakinkan melanggar Pasal 15 (Perjanjian Tertutup) ayat (3) huruf b dan pasal 19 (Penguasaan Pasar) huruf a dan b Undang-Undang No.5 1999. Namun, perseroan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 15 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) huruf a; Pasal 19 huruf c dan d; serta Pasal 25 (Posisi Dominan) UU No 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU Antimonopoli).
Sudah barang tentu, Telkom keberatan. Bahkan, Dirut Telkom Kristiono mengajukan keberatannya ke Pengadilan Negeri Bandung, Jawa Barat, pada Oktober 2004, sebagai tempat domisili kantor Telkom. Dan, waktu pun terus berjalan, TIC 007 menggerogoti dominasi SLI 001 dan 008 milik Indosat. Hasilnya, hingga Mei 2005, Telkom telah menguasai sekitar 52% pangsa pasar. Targetnya, mampu meraih omzet Rp1 triliun di sepanjang 2005.
Di sisi lain, pendapatan SLI Indosat terus merosot. Pada tahun 2001, pendapatan SLI masih memberikan kontribusi pendapatan sebesar 42% setara dengan Rp 2,157 triliun. Angka itu melorot di tahun 2002 yakni menjadi Rp 2,138 triliun dengan kontribusi 32%.
Pada 2004, pendapatan SLI Indosat senilai Rp 1,554 triliun dengan kontribusi sebesar 17% terhadap total pendapatan. Padahal, pada 2003, pendapatan SLI Indosat masih sebesar Rp 1,808 triliun, dengan kontribusi sebesar 22%.
Manajemen Indosat mengakui bahwa penurunan pendapatan tersebut diakibatkan semakin ketatnya persaingan bisnis. Selain kehadiran pemain baru, Telkom, persaingan juga terjadi dengan operator yang menggunakan teknologi aternatif dengan harga lebih murah, seperti teknologi Voice over Internet Protocol (VoIP).
Di bisnis Voip, Telkom memiliki layanan SLI 017. Masuknya TIC 007 dan TIC 017 menjadikan Telkom sebagai penyelenggara telekomunikasi yang lengkap.
TIC 007 difokuskan untuk pelanggan yang betul-betul mengutamakan kualitas suara. Meski demikian, di dalam sistem pentarifannya pun PT Telkom memberikan harga yang tidak kalah bersaing.
Strategi yang diterapkan Telkom selain menyajikan kualitas prima TIC 007, juga memberikan tarif yang murah. Telkom mengoperasikan tiga gerbang internasional-nya di Batam, Jakarta, dan Surabaya.
Selain itu, Telkom meluncurkan layanan home country direct Salam Indonesia dan calling card Salam. Home country direct adalah layanan collect call dimana pelanggan yang berada di luar negeri dapat melakukan panggilan ke Indonesi melalui operator. Untuk biaya percakapannya dibebankan kepada telepon yang menerima.
Telkom juga mengeluarkan Kartu Panggil Salam yang merupakan kartu panggil berisi pulsa dengan denominasi tertentu. Dengan memanfaatkan kartu ini sesuai dengan denominasi kartu, pengguna bisa melakukan percakapan lintas negara. Selain itu, juga disiapkan adanya layanan collect call melalui operator. Namun bedanya, tarif yang diberlakukan adalah tarif standar, bukan tarif reduksi atau tarif premium. Layanan ini bisa diakses dari di telepon umum, hotel maupun mahtab jamaah haji.
Layanan sejenis juga telah dimiliki Indosat. Bahkan, guna menandingi kompetitornya, Indosat mengeluarkan layanan terbarunya, FlatCall 016. Layanan dengan tarif ekonomis itu diharapkan akan menjadi satu alternatif layanan telekomunikasi bagi masyarakat. Tahun 2005, layanan FlatCall 016 ditargetkan mampu membukukan trafik 70 juta menit dengan kontribusi pendapatan Rp 20 miliar. Produk Indosat FlatCall 016 merupakan layanan telepon dengan satu tarif ke negara manapun dan kapan pun.
Seiring duopoli bisnis SLI, Indosat diizinkan pemerintah memasuki bisnis sambungan langsung jarak jauh (SLJJ). Selama ini, bisnis tersebut dimonopoli Telkom. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika (Permen Kominfo) No. 06/P/M. Kominfo/5/2005 yang ditandatangani Sofyan A Djalil tanggal 17 Mei 2005 menegaskan bahwa pembukaan kode akses SLJJ secara bertahap sepanjang lima tahun sejak tahun ini. Sebagai langkah awal kode akses di lima kota yakni 021 (Jakarta), 031 (Surabaya), 0361 (Denpasar), 0778 (Batam) dan 061 (Medan) harus sudah dibuka tahun ini.
Menurut seorang pengamat, pembukaan kode akses SLJJ itu sudah tidak bisa ditawar-tawar. “Hal itu seiring dengan dibukanya monopoli bisnis SLI,” tuturnya. (edo rusyanto)

Investor Daily, 13 Juni 2005