Negosiasi Pembelian Gas PGN-Santos Berlangsung Alot
Perjanjian jual beli gas antara Kodeco dan Santos kemungkinan tidak bersama-sama. PGN berharap Santos mengubah tuntutannya.
Jakarta – Negosiasi pembelian gas antara PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dengan Santos (Australia) dikabarkan berlangsung alot. Sedangkan negosiasi dengan Kodeco (Korea) relatif lebih lancar dan dalam waktu dekat segera ditandatangani perjanjian jual beli gas (Gas Sales Agreement/ GSA).
“Ada beberapa usulan dari Santos yang belum dapat kita sepakati. Usulan tersebut bahkan tidak ada dalam perjanjian jual beli dengan Conoco beberapa waktu lalu,” tukas Direktur Utama PGN, WMP Simandjuntak, kepada Investor Daily, akhir pekan lalu, di Jakarta.
Ia tidak merinci apa yang diminta oleh Santos. Namun, sumber Investor Daily, menyebutkan bahwa salah satu yang diminta Santos adalah soal kepastian investasi yang telah ditanamnya di Indonesia.
Sebelumnya Simanjuntak mengatakan, kontrak dengan Santos akan mencapai sebesar 100 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) untuk jangka waktu 8 tahun, dan Kodeco sebanyak 50 MMSCFD untuk jangka waktu 10 tahun.
Nilai kedua kontrak yang rencananya ditandatangani bersama-sama itu mencapai sekitar US$ 1,2 miliar.
Simandjuntak menjelaskan, perjanjian jual beli dengan Kodeco kemungkinan besar dapat ditandatangani pada awal September 2004. Sedangkan dengan Santos, kemungkinan tidak dapat dilakukan dalam waktu segera.
Sebelumnya, pada 9 Agustus lalu, PGN telah menandatangani GSA dengan Conocophilip. Gas bumi yang dibeli PGN berasal dari Lapangan gas Corridor Block (Sumatera Selatan) sebesar 2,3 triliun kaki kubik dengan nilai US$ 4,3 miliar atau setara dengan Rp39 triliun untuk jangka waktu 17 tahun.
Menurut Simandjuntak, gas bumi yang dibeli PGN pada gate Corridor Block tersebut sebagian besar akan disalurkan untuk memenuhi kebutuhan gas bumi bagi pelanggan industri di Jawa bagian Barat dengan landed cost di Muara Tawar sebesar +/- USD 2,80 /mmbtu dan di Tegal Gede sebesar +/- USD 2,90 /mmbtu. Pasokan ini akan mulai dialirkan pada awal tahun 2007 dengan volume dimulai sebesar 170 juta kaki kubik per hari (mmscfd) dan secara bertahap akan mencapai 400 juta kaki kubik per hari (mmscfd) atau setara dengan 2,7 juta kilo liter LNG pertahun atau sama dengan kapasitas 1 (satu) kilang LNG.
Tender Pipa Gas
Simandjuntak menegaskan, tender pembangunan jaringan pipa transmisi Pagardewa-Cilegon fase I akan dimulai pada Oktober mendatang. “Paling telat pemenangnya akan kita umumkan pada Februari 2005,” katanya.
Sedangkan untuk fase II, sambung dia, tender pipanya akan dilakukan pada Nopember atau Desember 2004. “Sekarang sedang prakualifikasi kontraktor. Diharapkan pada Maret 2005 sudah dapat diumumkan siapa pemenang tender,” tutur Simandjuntak.
Saat ini PGN memiliki tiga proyek besar . Pertama, adalah pembangunan jaringan pipa transmisi gas Pagardewa-Labuhan Maringgai-Cilegon sepanjang 370 km, yang juga mencakup pembangunan pipa bawah laut di Selat Sunda, serta Cilegon-Cimanggis sepanjang 129 km akan menelan biaya US$ 495 juta, yang sebagian besar atau US$ 415 juta didanai melalui pinjaman lunak JBIC.
Kedua, pembangunan jaringan pipa transmisi Grissik-Pagardewa-Labuhan Maringgai (looping)-Muara Karang dan Muara Tawar (Jakarta-Bekasi), seluruhnya sepanjang 644 km yang jalur lintasannya berdempetan dengan jaringan pipa Pagardewa-Cilegon, akan menghabiskan dana investasi sekitar US$ 506 juta.
Proyek ketiga, jaringan pipa transmisi gas Duri-Dumai (Riau) sampai ke Medan sepanjang 400 km akan menghabiskan dana sekitar US$ 285 juta.
Apabila rampung sesuai jadwal tahun 2006, maka jaringan pipa transmisi Pagardewa-Cilegon-Cimanggis akan menyalurkan gas sebesar 250 mmscfd yang berasal dari ladang gas Pertamina Sumatera Selatan untuk memenuhi kebutuhan gas bagi industri menengah, kecil, dan komersial di daerah Banten, Jawa Barat. (ed)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home