Wednesday, January 12, 2005

Menhub Permudah Pasokan Komponen Fastel ke NAD

Jakarta-Menteri Perhubungan (Menhub) Hatta Radjasa menegaskan, pemerintah memberi kemudahan pasokan komponen-komponan fasilitas telekomunikasi (fastel) guna mendukung pemulihan telekomunikasi di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
“Untuk memasukkan barang-barang guna perbaikan infrastruktur telekomunikasi tidak ada masalah. Pemerintah siap memberi kemudahan. Seperti bantuan dari Malaysia untuk perbaikan telekomunikasi di daerah terisolir di Aceh,” tutur Menhub, di Jakarta, Senin (10/1).
Sementara itu, Suryatin Setiawan, direktur bisnis PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) menegaskan, pihaknya telah mendapat tawaran dari vendor-vendor telekomunikasi untuk pemulihan di NAD. “Dari luar negeri kami menerima bantuan dari beberapa operator yg sudah menyampaikan ingin membantu, saat ini British Telecom sudah di lokasi (NAD, red). Dan NTT Jepang dan grupnya dalam pembicaraan akhir,” tutur Suryatin, Senin.
Hatta Radjasa menegaskan, guna memulihkan sistem telekomunikasi di NAD, operator telekomunikasi harus mempercepat pemulihan fasilitas seluler dan menggunakan sistem fix wireless (telepon tanpa kabel). “Kita bersyukur, saat sudah pulih 80-an% fasilitas telekomunikasi di Aceh. Harus dipahami, fix line tak banyak membantu karena fix line tersambung pada building-building, perkantoran pada rumah-rumah yang justru mengalami hancur total. Sehingga Telkom perlu kerjakeras untuk menyediakan telepon seluler dan VSAT (telepon satelit, red) untuk daerah-daerah terisolir,” jelas Hatta.
Sementara itu, Suryatin menegaskan, status recovery fastel di Aceh sudah 68% dari seluruh Sentral Telepon Otomat (STO) yang rusak. Saat bencana terjadi 26 Desember lalu, ada 22 STO Telkom yang mengalami gangguan total itu setara dengan 93% dari seluruh satuan sambungan telepon (SST) di NAD yang mencapai sekitar 98 ribu SST.
Ia mengakui, hingga Senin (10/1), masih ada tujuh lokasi yang STO nya harus dipulihkan. “Dari 7 ada 2 yang belum ada fastel yang masuk,” katanya.
Menurut dia, Telkom melakukan empat langkah untuk memulihkan layanan telekomunikasi di wilayah yang terkena bencana hebat. Pertama, membawa telepon satelit Pasti dan Byru. Kedua, membawa genset dan peralatan VSAT seperti disarankan menhub seperti ke Sinabang dan Meulaboh. Ketiga, mengoperasikan sistem wireless (TelkomFlexi). Dan keempat, melaksanakan recovery fix line.
“Untuk banda aceh kita memasuki tahap empat, sehingga flexi sudah masuk. Minggu (9/1, red) di Ketapang sudah on air dan kita segera masuk ke Darussalam. Fix line sudah dipulihkan secara bertahap. Kita masuk ke lembaga-lembaga yang memang sangat berperan di dalam pemulihan di bidang ekonomi dan sosial. Empat tahap ini akan berlaku untu semua lokasi nantinya, termasuk tujuh lokasi yang harus segera kita recover,” kata Suryatin.
Ia menyebutkan, untuk komunikasi seluler di Meulaboh, Telkom berharap Senin atau Selasa (11/1) sudah kembali dapat dipergunakan. Sedangkan telepon satelit (VSAT) yang sudah beroperasi bisa ditambah jalurnya.
Suryatin menjelaskan, dari tujuh lokasi yang belum pulih, empat lokasi diantaranya sudah melewati tahap satu. “Untuk Calang dan Lamno, sampai sekarang baru bisa menitipkan telepon satelit kepada aparat untuk dioperasikan bagi kepentingan umum,” katanya.
Menurut Suryatin, untuk dalam pengadaan barang-barang fastel pihaknya menempuh berbagai cara termasuk dari internal Telkom yaitu dengan merelokasi perangkat yang dimiliki divisi regional lain. “Perangkat VSAT yang dibawa ke Sinabang dan Meulaboh, hasil relokasi dari Telkom. Ada empat VSAT dibawa dari Kalimantan dan beberapa dari Jawa. Genset juga sangat perlu, karena PLN belum pulih. Masalah selanjutnya soal pasokan BBM,” tukas Suryatin.
Sementara itu, pengamat telekomunikasi Heru Sutadi menilai, langkah Telkom cukup strategis. “Kalau memulihkan wireline butuh waktu panjang. Kita belum tahu berapa lama proses recovery komunikasi Aceh terselesaikan. Saya perkirakan enam bulan,” katanya, Senin.
Bagi Heru, peranan telekomunikasi sangat signifikan. “Perlu suatu pemikiran, ke depannya seperti apa? Bencana maha dahsyat ini kita tidak harapkan terjadi lagi. Perlu ada lembaga infrastruktur yang memiliki dana untuk setiap saat dapat digunakan untuk mengatasi bencana,” katanya.

Telkomsel 95%
Sementara itu, hingga Senin, PT Telkomsel sudah dapat melayani 95% wilayah Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Kemampuan layanan ini menyusul pengoperasian 49 base tranceiver station (BTS).
“Kami menargetkan minimal dapat mengoperasikan 62 BTS, sebab, dengan jumlah tersebut berdasarkan perhitungan akibat bencana telah mencukupi,” kata Sjahrul, vice President Corporate Secretary Telkomsel, di Jakarta, Senin.
Telkomsel menetapkan target waktu maksimal pertengahan Februari 2005 pengoperasian seluruh BTS dapat terealisasi.
Akibat bencana alam sebagian besar dari 83 BTS di NAD mengalami kerusakan, khususnya yang berlokasi di Banda Aceh dan Pantai Barat NAD.
VP Network Design Telkomsel Edi Wibawa menuturkan, di samping memulihkan infrastruktur yang rusak untuk memperluas coverage dan kapasitas, Telkomsel juga akan mempercepat pembangunan BTS baru di NAD sebanyak 20 BTS dan 10 BTS Mobile yang akan diselesaikan bertahap dari Januari sampai dengan Februari 2005.
Telkomsel menderita kerugian sekitar Rp 30-35 miliar akibat gempa dan tsunami. Menurut Bajoe, kerugian tersebut tidak berdampak signifikan terhadap kinerja keuangan 2004.
Terpisah, Andir Tambunan, GM Corporate Communication PT Indosat Tbk, Senin, menegaskan, pihaknya kembali memberangkatkan pasokan kebutuhan barang-barang jaringan seluler Indosat ke Meulaboh.
Sejak 30 Desember lalu, jaringan seluler Indosat di Banda Aceh telah kembali pulih. Hal itu ditandai dengan beroperasinya empat BTS di empat lokasi, yakni TVRI Banda Aceh, Cot Leupon (bandara), TVRI Sabang dan Sabang.
Sebelum terjadi bencana, Indosat telah memiliki 33 BTS di seluruh wilayah NAD, khusus Banda Aceh memiliki 16 BTS dan satu base switching center (BSC). (ed/tri)



.


0 Comments:

Post a Comment

<< Home