Telkom Bentuk Unit Investasi Merger dan Akuisisi
Jakarta-PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) akan membentuk unit khusus investasi merger dan akuisisi. “Dalam struktur perusahaan yang baru nanti ada unit yang khusus ngurusin investasi, merger dan akuisisi. Itu menjadi bagian strategi perusahaan,” tutur Direktur Utama Telkom Kristiono, kepada Investor Daily, di sela pelatihan Emotional Spiritual Quotient (ESQ) Divre II Telkom Jakarta di Serpong, Tangerang, Kamis (14/4).
Menurut Kristiono, akuisisi bagian dari strategi Telkom untuk masuk ke suatu pasar telekomunikasi. “Kita bisa dari nol yakni membangun baru sama sekali. Atau kita membeli perusahaan lain. Perbedaannya, jika dari nol membutuhkan waktu lama dan risikonya lebih besar dan memang lebih murah,” kata dia.
Ia menambahkan, akuisisi lebih cepat prosesnya dan lebih cepat untuk memperbesar pasar, walau sudah barang tentu lebih mahal biayanya. “Semua ada risikonya. Tergantung dari kondisi bisnis mana yang dipilih,” tukas dia.
Saat didesak apakah saat ini sedang mengincar perusahaan telekomunikasi di negeri jiran, Kristiono mengatakan, “Kita belum menentukan. Karena prioritas kita ke pasar Indonesia yang potensinya masih cukup besar. Terlebih, penetrasi industri telekomunikasi masih kecil. Sehingga peluangnya masih besar.”
Kristiono menambahkan, “Saya tidak bisa mengatakan ada atau tidak yang sedang due diligence. Karena very confidential. Contohnya, jika disebutkan Telkom sedang menjajaki pembelian suatu perusahaan, pasti harganya menjadi mahal.”
Namun, jelas dia, Telkom juga terus mempelajari pasar luar negeri. “Kalau memang ada peluang yang tingkat risikonya tidak besar dan skalanya masih bisa di-manage, kita lakukan,” papar dia.
Meski memprioritaskan pasar domestik, kata Kristiono, pihaknya tidak bisa menyatakan baru akan masuk ke pasar regional, 2 atau 3 tahun lagi. “Bisa saja tiba-tiba, ada yang bilang ada perusahaan yang mau jual sebagian sahamnya. Kita terima informasi seperti itu dadakan. Kalau begitu, kita bisa langsung study. Jadi kita tidak bisa menyatakan 2 atau 3 tahun lagi baru masuk regional,” kata Kristiono.
Pastinya, jelas dia, Telkom ingin tumbuh 25% per tahun, untuk menjaga itu, perusahaan tidak bisa hanya bergantung pada pertumbuhan organik. Perseroan jug harus didukung oleh pertumbuhan pendapatan nonorganik yaitu melalui merger dan akuisisi.
Tahun 2003, Telkom berhasil mencatat laba bersih Rp 6,087 triliun. Sedangkan, pendapatan usaha naik 30,3% menjadi Rp 27,11 triliun, beban usaha Rp 15,13 triliun dan laba usaha Rp 11,97 triliun. Pendapatan terbesar berasal dari pendapatan telepon tak bergerak Rp 8,897 triliun dan selular Rp 8,459 triliun. Tahun 2004, Telkom diperkirakan membukukan kenaikan pendapatan sebesar 26% dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan pendapatan tersebut terutama didukung oleh pendapatan seluler. Telkom mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 14 triliun tahun ini. Capex tersebut merupakan capex konsolidasi antara Telkom dan anak perusahaan. Diperkirakan, setengah dari dana belanja modal akan dipergunakan oleh PT Telkomsel,anak usaha Telkom. (ed)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home