Monday, January 17, 2005

Perluasan Bandara Hasanuddin Dorong Ekonomi KTI

Makassar- Perluasan Bandara Internasional Hasanuddin Makassar yang dimulai Sabtu (15/1), akan berimplikasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia (KTI).
"Perluasan Bandara Hasanuddin akan memperlancar arus barang dan jasa dari dan ke KTI karena letak Makassar yang strategis dan merupakan pintu gerbang ke KTI," kata Pakar Ekonomi Unhas, H Halide di Makassar, Sabtu, menanggapi dimulainya proyek bernilai hampir Rp 1 triliun itu.
Menurut Halide, roda perekonomian di KTI akan berputar lebih kencang sehingga pertumbuhan ekonomi di kawasan itu juga akan lebih tinggi. Selama ini, perekonomian di KTI masih sulit berkembang karena terhambat faktor transportasi sebagai dampak dari kondisi geografis daerah-daerah di KTI yang umumnya merupakan kepulauan.
Pada awalnya, daerah-daerah di KTI hanya mengandalkan transportasi laut sehingga mobilitas barang dan jasa lambat, namun setelah sejumlah maskapai penerbangan membuka penerbangan ke KTI, perekonomian di wilayah ini mulai menggeliat dan fenomena itu akan semakin terlihat nyata setelah Bandara Hasanudin diperluas.
"Dulu penerbangan ke Palu, Gorontalo dan Kendari serta beberapa kota di KTI, sangat langka, tetapi sekarang makin banyak maskapai telah menerbangi rute itu dan hampir seluruhnya adalah rute pengembangan dari Makassar," ujarnya.
Karena itu, Halide menyimpulkan, perluasan Bandara Hasanuddin tidak saja menguntungkan Makassar dan Sulsel tetapi juga seluruh KTI. Alasannya, faktor kelancaran transportasi yang ditopang oleh makin ramainya penerbangan udara, berperan 50-60% terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.
"KTI adalah kawasan yang meliputi wilayah kepulauan, sehingga moda transportasi yang paling efektif dan efisien di wilayah ini adalah transportasi udara," katanya.
Menteri Perhubungan (Menhub) Hatta Radjasa dalam sambutannya sebelum meresmikan proyek perluasan bandara ini mengakui, daya tampung Bandara Hasanuddin sekarang sudah di luar kemampuannya.
Saat ini, jumlah penumpang di Bandara Hasanuddin telah mencapai tiga juta per tahun, padahal, saat bandara ini dibangun beberapa tahun lalu, angka ini diprediksi baru akan terjadi tahun 2007.
"Mengingat pertumbuhan penumpang di Bandara Hasanuddin ini mendekati 30 persen, sejak sekarang kita persiapkan kapasitas pelayanan untuk penumpang sekitar tujuh juta orang yang diprediksi terjadi tahun 2007. Selanjutnya pada tahun 2008 sampai 2009 kita akan melakukan perluasan terminal lagi," katanya.
Menhub menegaskan, tidak ada alasan lagi perluasan Bandara Hasanuddin ditunda, sebab jika kondisi yang demikian tidak diantisipasi maka akan menyebabkan perlambatan ekonomi di KTI karena bandara ini merupakan bandara penghubung (hub port) antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan KTI.
"Hal ini terbukti, dari sekitar tiga juta penumpang yang lewat di bandara ini setiap tahunnya, hanya sekitar 40 persen saja yang bertujuan akhir ke Makassar. Sebanyak 60 persen di antaranya hanya transit," ujarnya.

Dua Tahap
Perluasan Bandara Hasanuddin akan dikerjakan dalam dua tahap di atas areal seluas 500 hektare dan menelan dana Rp 844 miliar.
Tahap pertama, pengembangan bandara tersebut akan dikerjakan pada areal 185 hektare meliputi pembangunan paralel taxiway (jalan pesawat menuju landasan) dan exit taxiway dua unit, apron (lapangan parkir pesawat) berkapasitas tujuh pesawat serta terminal penumpang seluas 48.500 meter persegi. Kapasitas terminal tersebut menampung sekitar tujuh juta penumpang per tahun. Selain itu, pengembangan fasilitas penunjang airside dan landside dengan anggaran Rp 400 miliar.
Tahap kedua pada tahun 2006 akan membangun sebuah landas pacu baru sepanjang 3.000 meter dengan melengkapi berbagai fasilitas pendukung lainnya.
Menurut Menhub, salah satu sumber pendanaan untuk bandara tersebut kemungkinan berasal dari penerbitan obligasi. Ia menjelaskan, Bandara Hasanuddin membutuhkan dana senilai Rp 844 miliar. PT Angkasa Pura (AP) I akan mengerjakan sendiri proyek tersebut. Sumber pendanaan ada dua. Pertama, dari equity Angkasa Pura I senilai Rp 100 miliar dan pinjaman dari Bank Mandiri senilai Rp 300 miliar. “Tahap kedua, mungkin terbitkan obligasi atau gaet partner,” kata Hatta, kepada Investor Daily, pekan lalu.
“Menurut saya, opsi menggandeng parnert jauh lebih baik karena tidak membebani. Bisa partner lembaga investasi atau operator bandara terserah business to business. Pemerintah tidak bisa ikut campur lagi,” tambah Menhub.
Bandara Hasanuddin saat ini memiliki landas pacu sepanjang 2.500 meter, apron berkapasitas sekitar 16 pesawat dan terminal penumpang berkapasitas 2,5 juta orang pertahun. Padahal bandara tersebut saat ini melayani sekitar 100 kali pergerakan pesawat naik dan turun setiap hari dengan jumlah penumpang naik, transit dan berangkat sebanyak tiga juta/tahun.
Menteri Hatta Radjasa mengatakan, pembangunan bandara internasional Hasanuddin tertinggal tujuh tahun sejak pertama kali didesain menjadi pusat lalulintas udara di KTI, sehingga kini kewalahan melayani aktivitas penerbangan yang bertumbuh sangat pesat. (ant/ed)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home