Monday, April 18, 2005

NEC dan Alcatel Bersaing Ketat Menangi Jasuka

Jakarta-Alcatel dan NEC bersaing ketat memenangi tender proyek infrastruktur serat optik Jawa, Sumatera dan Kalimantan.
Proyek itu digelar PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) untuk memperkuat jaringan sistem telekomunikasi yang sudah dimiliki BUMN tersebut.
“Tender proyek Jasuka sudah selesai. Sekarang sedang proses evaluasi,” ujar Direktur Bisnis Jaringan Telkom Abdul Haris, di Jakarta, Ahad (17/4).
Ia menambahkan, “Rencananya bulan April ini diumumkan siapa yang paling memenuhi syarat membangun Jasuka.”
Selain Alcatel dan NEC, peserta tender proyek serat optik berkemampuan tinggi dengan sistem ring tersebut adalah Fujitsu, Lucent Technology, Siemens dan Tyco System.
Abdul Haris belum bersedia menyebutkan nilai proyek tersebut. “Belum diketahui karena kontraknya belum ditandatangani,” ujar dia.
Namun, informasi yang diperoleh Investor Daily, nilai proyek tersebut berkisar Rp 400 hingga Rp 500 miliar.
Sebelumnya, Kepala Divisi Long Distance Telkom Sarwoto Atmosoetarno menjelaskan, proyek jaringan serat optik tersebut membentang dari Sumatra, Jawa dan Kalimantan sepanjang 2.000 km. Jaringan tersebut melintasi daratan dan lautan. Pembangunannya diharapkan tuntas dalam setahun untuk selanjutnya dihubungkan dengan backbone yang lebih dulu dibangun Telkom.
Menurut Abdul Haris, dengan sistem ring maka diharapkan kekhawatiran terganggunya layanan Telkom akibat rusaknya jaringan dapat dieliminir. “Dengan sistem ring, jika terjadi kerusakan di salah satu jalur maka secara otomatis akan mencari jalur lain yang tidak rusak,” katanya.
Backbone sistem ring Telkom yang telah rampung adalah proyek Dumai Malaka Cable System (DMCS) yang menelan biaya sekitar U$ 9,3 juta. Untuk proyek itu Telkom menggandeng Telekom Malaysia Berhad. Kedua perusahaan itu menjalin kerjasama membangun Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) untuk menyalurkan trafik telekomunikasi internasional. Proyek DMCS itu, menggelar kabel fiber optik di bawah laut, secara langsung (unrepeated submarine optical cable) dengan memiliki kapasitas maksimum 320 Gb/s atau setara dengan 3,87 Juta cct. Kapasitas yang sudah terpasang untuk tahap awal (initial) saat ini adalah 20 Gb/s atau setara dengan 121 ribu cct. Perangkat dan kabel yang digelar, didesain untuk memiliki usia teknis sampai 25 tahun. Untuk menjaga kehandalan sistemnya, DMCS ini juga dinterkoneksikan dengan SKKL Dumai-Batam (High Performance Back Bone Sumatera), jaringan Thailand-Indonesia-Singapore dan South East Asia Middle East-Western Europe (SEAMEWE-4) sehingga membentuk konfigurasi cincin (ring) yang saling menjadi back up satu sama lain.
Selain itu, Telkom juga telah membangun jaringan telekomunikasi trans Kalimantan dan Sulawesi, Proyek yang diresmikan 17 Februari 2005 itu, membentang dari Ujung Pandang sampai ke Palu kemudian disambungkan ke Banjarmasin terus ke Surabaya. Dana yang dibutuhkan untuk proyek tersebut sedikitnya mencapai Rp 222,6 miliar.
Backbone jaringan serat optik lainnya adalah High Performance Back Bone (HPBB) Sumatera senilai Rp 650 miliar. Proyek yang dikerjakan Siemens - Pirelly tersebut merupakan sistem komunikasi serat optik dengan menggunakan teknik modulasi Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM).

Satelit Diluncurkan Juni
Abdul Haris menjelaskan, Satelit Telkom-2 akan diluncurkan pada Juni 2005. “Arianspace telah membuat pernyataan bahwa mereka confident meluncurkan Juni ini,” katanya.
Satelit pengganti Palapa 4 itu semula akan diluncurkan pada Desember 2004, kemudian diundur pada 14 April 2005 dan akhirnya diundur lagi Juni 2005.
Ia menuturkan, akibat keterlambatan tersebut, Telkom akan mendapat kompensasi berupa bahan bakar satelit dan perpanjangan usia satelit.
Penundaan peluncuran, kata Dirut Telkom Kristiono beberapa waktu lalu, akibat satelit co passenger milik Departemen Pertahanan Perancis belum siap.
Rencananya pesawat peluncur Arianspace yang memiliki kapasitas muatan dua satelit, akan meluncurkan bersamaan satelit Telkom-2 dengan satelit milik Departemen Pertahanan Perancis tersebut.
Menurut Kristiono, penundaan peluncuran satelit itu tidak berdampak negatif pada Telkom. Sebab, sejauh ini, satelit Palapa-4 yang perannya akan digantikan satelit Telkom-2, memiliki masa orbit (life time) hingga pertengahan tahun 2005. (ed)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home