Thursday, April 21, 2005

Telkom Masih Kaji 20 Mitra PBH Flexi

Jakarta- PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) masih me-review keberadaan 20 mitra pola bagi hasil (PBH) pembangunan Flexi. Kerjasama ke-20 mitra tersebut sudah berjalan sekitar dua tahun lalu.
“Apa yang menjadi masalah selama kerjasama berlangsung telah didaftar. Sekarang sedang mencari solusinya,” jelas Direktur Bisnis Jasa PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) Suryatin, menjawab Investor Daily, Selasa (19/4).
Fokus kajian terbagi dalam dua hal besar, yakni masalah operasi dan peninjauan sharing atau periode kerjasama. Selama ini kontrak mitra PBH berlaku selama 10 tahun dengan komposisi bagi hasil 30% Telkom dan 70% mitra.
“Mitra minta dikaji ulang sharing dan tenggang waktu kontrak kerjasama. Itu wajar saja,” tukas Suryatin.
Menurut dia, para mitra menyampaikan kendala-kendala yang dihadapi. “Mungkin business plan tidak cocok dengan kondisi saat ini. Atau ada program-program yang berdampak kepada bisnis mereka,” katanya.
Telkom, kata dia, berusaha mencari solusi dari problem-problem yang ada.
Suryatin menjelaskan, peranan mitra PBH hanya membangun sekitar 5% dari total jaringan Flexi yang saat ini memiliki pelanggan sekitar dua juta sambungan.
Bagi Telkom, ungkap Suryatin, Flexi merupakan bisnis pokok. Ke depan, Flexi merupakan bisnis utama Telkom. “Perkembangan pelanggan Telkom dibebankan kepada Flexi. Produk ini menjadi bisnis inti masa depan Telkom,” katanya.

Pelanggan Dua Juta
Suryatin mengatakan, pengguna Telkom Flexi tembus dua juta pada minggu ketiga April 2005. Dua juta pelanggan tersebut tersebar di 216 kota di Tanah Air. Angka itu cukup fantastis mengingat Flexi yang berteknologi Code Division Multiple Access (CDMA) 200-1x baru diluncurkan dua tahun lalu. Hingga akhir 2003 pelanggan Flexi baru 350.000 dan melonjak drastis pada akhir 2004 menjadi 1,7 juta. Tahun 2005 ini, penambahan pelanggan baru ditargetkan 1,7 juta pelanggan.
Sedangkan dari sisi pendapatan, Flexi ditargetkan sekitar Rp 2,5 triliun pada 2005. Tahun ini, Telkom menyiapkan Rp 1,7 triliun untuk pengembangan Flexi. Sebagian besar dana diperuntukkan menambah 500 base transceiver station (BTS). Kini, Flexi didukung oleh sekitar 1.200 BTS. Sepanjang dua tahun terakhir, Telkom telah mengeluarkan dana lebih dari Rp 2 triliun untuk pengembangan Flexi.
Suryatin menjelaskan, komposisi pelanggan Flexi 55% prabayar (Flexi Trendy) dan 45% pelanggan pascabayar (Flexi Classy).
Ia menjelaskan, market total pengguna fixed wireless access (FWA) terus tumbuh. Jika melihat penduduk Indonesia yang mencapai 200-an juta jiwa, pasar FWA diperkirakan masih akan terus tumbuh hingga lima tahun ke depan.
Menyinggung alokasi frekuensi, menurut dia, Flexi yang menempati frekuensi 1.900 Mhz, masuk ke dalam konteks ke seluruhan alokasi frekuensi seluler generasi ketiga (3G) dalam proses realokasi. “Kita melihat kalau CDMA kan lebih efisien daripada GSM. Tapi karena band frekuensi ada di band frekuensi 3G maka solusinya secara menyeluruh. Terserah pemerintah,” kata dia.
Teknologi CDMA 200-1x yang dipakai Flexi, tinggal satu langkah lagi untuk layanan seperti 3G.
Ia menjelaskan, band Flexi sekarang jika hanya untuk voice masih sangat lebar. Mengingat ada tiga carrier tapi baru digunakan satu carrier. “Nanti kalau sudah sampai broadband barulah minta tambahan frekuensi. Dengan kapasitas yang ada saat ini, frekuensi Flexi masih bisa untuk lima tahun lagi, itupun dengan catatan hanya untuk voice,” ujar dia.
Ia menambahkan, fasilitas video streaming baru pada akhir tahun akan dioperasikan secara nasional, terutama di kota-kota besar.

Uji Coba Video Streaming
Sementara itu, Telkom Divre V Jawa Timur (Jatim) berhasil menguji coba secarainternal teknologi layanan video streaming melalui Flexi. Melalui teknologi itu pelanggan Flexi bisa bertatap muka langsung dengan lawan bicaranya melalui ponsel mereka. “Secara teknologi, CDMA tidak kalah dibanding GSM. Sebenarnya Flexi sudah bisa menerapkan telepon generasi ketiga atau 3G,” kata Manajer Operasional Maintenance Divisi Fixed Wireless Network (FWN) Telkom Divre VJatim Agus Hendratno, belum lama ini.Di operator berbasis global system for mobile (GSM) pemerintah melalui Keputusan Dirjen Postel No. 253/ Dirjen/ 2003 tanggal 8 Oktober 2003 telah memberikan lisensi kepada PT Cyber Access Communications (CAC) dan PT Natrindo Telepon Seluler.Menurut Agus, salah satu keunggulan teknologi 3G adalah adanya layanan tontonan video dan pengiriman gambar bergerak seketika (real time). Darihasil ujicoba kualitas gambarnya cukup baik, sehingga Telkom sudah cukup siap jika sewaktu-waktu layanan video streaming diluncurkan. “Cuma kapan bukan wewenang kami. Hanya kemungkinan Jatim akan dijadikan proyek percontohan untuk produk layanan baru ini,” katanya.Tentang penyediaan handset, ia mengatakan, sudah ada beberapa handset berbasis CDMA yang memiliki fasilitas video call. Pasalnya, di negara lainnya fasilitas semacam ini sudah berkembang. “Hanya mungkin ada pertimbanganpasar apa memang sudah saatnya,” katanya.Terpisah, pengamat seluler Surabaya Herry SW mengatakan, kemampuan video streaming yang ditawarkan Telkom melalui Flexi sebenarnya sudah diujicoba sejumlah operator berbasis CDMA lainnya. Hanya saja, mengapa belum diluncurkan kemungkinan ada sejumlah pertimbangan. Kemungkin terbentur soal regulasi atau terkait dengan kondisi pasar. “Kan ini merubah perilaku orang yang biasanya berbicara dengan menempelkan ponselnya di telinga sekarang cukup bertata muka. Mungkin juga kesiapan handset-nya,” katanya. (zal/ed)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home