Wednesday, June 08, 2005

Telkom Kuasai 52% Bisnis SLI

Jakarta- Hingga Mei 2005, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) menguasai 52% pangsa pasar bisnis sambungan langsung internasional (SLI). Target pendapatan dari bisnis tersebut sekitar Rp 1 triliun pada 2005.
Selain menyatakan hal tersebut, Direktur Bisnis Jaringan Telkom Abdul Haris menambahkan, guna mendukung target bisnis Telkom akan mengandeng lima operator dunia lagi, sehingga total operator telepon yang digandeng hingga akhir 2005 mencapai 20 operator. ”Selain itu, kami juga akan menambah fasilitas dengan menyewa link Singapura-Hongkong,karena jalur Singapura merupakan titik pertemuan lalu lintas SLI dari Eropa dan Amerika,” tutur Abdul Haris, menjawab pertanyaan Investor Daily, di Jakarta, Selasa(7/6).
Bisnis SLI BUMN tersebut yang dikenal dengan Telkom International Cal (TIC 007) diluncurkan pada 7 Juni 2004, sebagai bagian dari duopoli telekomunikasi. Sebelum itu, bisnis SLI dimonopoli PT Indosat Tbk. Sebagai bagian duopoli, Indosat memperoleh hak mengelola bisnis sambungan langsung jarak jauh (SLJJ).
Abdul Haris menepis anggapan bisnis SLI Telkom didukung oleh trik bisnis kurang fair. ”Tidak ada kebijakan perusahaan berbisnis SLI tidak fair. Kami tidak melakukan hambatan (blocking)terhadap fasilitas SLI kompetitor,”tutur dia.
Pada tahun 2004, setelah monopoli dibuka, TIC 007 menguasai 25% (setara Rp 500 miliar) pangsa pasar bisnis SLI. Tahun itu, total uang beredar di bisnis tersebut diperkirakan mencapai Rp 2 triliun.
Sepanjang Juni 2004 hingga Maret 2005 trafic TIC 007 sebesar 256.358 juta menit untuk in coming dan out going.
Sementara itu, bagi Indosat, pada 2004 kontribusi pendapatan SLI mencapai 17% terhadap total pendapatan Indosat. Kontribusi tersebut, menurut Direktur Corporate Market Indosat Wahyu Wijayadi, menurun dibandingkan kontribusi bisnis layanan yang sama pada 2003 yang sebesar 22%. Pada tahun 2001, pendapatan SLI masih memberikan kontribusi pendapatan sebesar 42% atau Rp 2.157 triliun. Angka itu melorot di tahun 2002 dan 2003, masing-masing hanya memberikan kontribusi 32% dan 22%. Nilai pendapatan telepon internasional pada tahun 2003 dibandingkan 2002 telah menurun dari Rp 2,138 triliun menjadi Rp 1,808 triliun.

Unggul Jaringan
Terpisah, pengamat telekomunikasi dari Universitas Indonesia Heru Sutadi menegaskan, bisnis SLI tergantung kepada pengguna (end user). Karena Telkom lebih punya jaringan yang luas maka bisa saja menguasai pangsa pasar cukup besar. ”Jadi mereka seperti tinggal memasarkan produk baru saja. Dan bisa jadi leading hingga menguasai 60% pangsa pasar,” katanya, kepada Investor Daily, kemarin.
Saat ini,sentral gerbang internasional (SGI) TIC 007 berlokasi di Surabaya, Jakarta dan Batam.
Menurut dia, tahun ini omzet bisnis SLI akan naik 20% dibandingkan tahun 2004 menjadi sekitar Rp 2,5 triliun. ”Persaingan masih cukup ketat antara Indosat dan Telkom. Hanya saja Telkom menang dijaringan. Makanya untuk menutup loss dari SLI, Telkom harus fair membuka interkoneksi SLJJ Indosat,” ujar Heru.
Guna mengatasi serbuan strategi SLI Telkom, Indosat sempat melontarkan jurus layanan telekomunikasi internasional murah melalui produk terbarunya FlatCall 016. Menurut Wahyu, layanan dengan tarif ekonomis ini diharapkan akan menjadi satu alternatif layanan telekomunikasi bagi masyarakat.
Tahun ini, ditargetkan layanan FlatCall 016 mampu membukukan trafik 70 juta menit dengan kontribusi pendapatan Rp 20 miliar. Produk Indosat FlatCall 016 merupakan layanan telepon dengan satu tarif ke negara manapun dan kapan pun. Sedangkan Telkom terus memperluas link dan kualitas layanandengan penambahan infrastruktur internasional seperti Dumai Melaka Cable System (DMCS), perluasan jangkauan TIC ke Hong Kong dan implementasi Ground Segmen Intelsat. (ed)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home