Wednesday, July 06, 2005

Setelah Cipularang, Jasa Marga Mengincar Lima Ruas Tol

PEKAN lalu, Menteri Pekerjaan Umum (Menteri PU) mengisyaratkan tarif jalan tol Cikampek-Padalarang (Cipularang) II Rp 355 per kilometer (km). Besaran itu nyaris tidak jauh berbeda dengan usulan PT Jasa Marga, selaku operator yang membangun dan mengelola jalan tol sepanjang 41 km itu.
Direktur Utama PT Jasa Marga Syarifuddin Alambai menuturkan, pihaknya mengusulkan besaran tarif kepada Menteri PU. Antara lain, tarif tol Cawang - Bandung (pintu tol Pasteur) untuk kendaraan jenis sedan (golongan IA) akan mencapai Rp 29.000. Sementara, untuk kendaraan angkutan umum (golongan I AU) dikenakan tarif sebesar Rp 27.000, bus umum (golongan II A) sebesar Rp 42.500 dan truk besar (golongan II B) sebesar Rp 57.000.
Tol yang diselesaikan dalam 12 bulan, atau diselesaikan sekitar 3,5 km per bulannya, bagi PT Jasa Marga termasuk paling prestisius. Sejak dibuka pada April 2005, jalan tol tersebut terus dibenahi guna meningkatkan kenyamanan pengguna jalan yang menghabiskan investasi sekitar Rp 1,6 triliun itu.
Menurut Sekretaris Perusahaan Jasa Marga Hengki Herwanto, jalan tol Cipularang II merupakan kelanjutan dari pembangunan jalan tol Cipularang Tahap I sepanjang 18 km yang terdiri dari Dawuan-Sadang (12 km) dan Padalarang-Bypass atau Cikamuning-Padalarang (6 km) yang sudah dioperasikan sejak tahun 2003. Proyek Jalan Tol Cipularang Tahap II, dimulai dari Sadang (Purwakarta Utara) dan berakhir di Cikamuning (Padalarang Barat).
Sehingga secara keseluruhan, jalan tol Cipularang menjadi 59 km. Bila ditambah tol Cawang - Cikampek (72 km) maka jarak Jakarta - Bandung melalui Cipularang menjadi sekitar 131 km.
Manajemen Jasa Marga mengaku, jika tariff tidak segera diberlakukan kerugian yang diderita BUMN tersebut makin besar. “Tiap hari kita rugi sekitar Rp 300 juta,” kata Hengky.
Kini, tim teknis gabungan Departemen Perhubungan dan DPU telah menuntaskan tugasnya. Dan, seperti di awal tulisan,Menteri PU segera menetapkan tarif pada pekan ini. Dengan demikian semua pengendara yang melewati jalan tol tersebut mulai dipungut tarif setelah sejak 26 April 2005 digratiskan.

Dampak Ekonomi
Kehadiran jalan tol Cipularang, bagi Walikota Bandung Dada Rosada, akan mendorong pertumbuhan ekonomi Kota Kembang itu. Menurut dia, pada 2008 pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung akan mencapai 11%, melonjak dua kalilipat dari kondisi saat ini yang baru 5%.
"Pencapaian angka tersebut bukanlah mimpi karena Kota Bandung pernah mencapai target tersebut, yakni pada tahun 1996," ujar Dada, pada sebuah seminar di Bandung.Oleh karena itu, kata dia, Pemkot Bandung harus lebih berpacu menata dan mengembangkan infra struktur yang ada, terutama infra struktur penunjang akselerasi ekonomi kota.

Incar Proyek Lain
Menurut Syarifuddin Alambai, jalan tol Cipularang memang proyek paling berat yang pernah dikerjakan BUMN tersebut, baik secara teknis maupun pembiayaan. Berat karena proyek harus dituntaskan dalam satu tahun, mulai 7 April 2004 sampai menjelang 24 April 2005 agar jalan itu bisa dilalui anggota delegasi peserta Konferensi Asia-Afrika ke-50 di Jakarta yang melakukan tapak tilas pada 24 April 2005 di Bandung.
Untuk mengatasi problem pembiayaan, Jasa Marga melansir skim pembiayaan contractor full pre finance (CPF). Polanya, kontraktor membiayai sendiri sepenuhnya pembangunan proyek yang dikerjakannya dengan kredit bank dengan jaminan Jasa Marga. Setelah proyek selesai dan diserahkan, Jasa Marga mencicil pinjaman tersebut ke bank berikut bunganya selama beberapa tahun.
Untuk itu selama pengerjaan proyek tol Cipularang tahap dua, Jasa Marga tidak mengerjakan proyek tol lain. Dengan cara itu, cash flow BUMN itu tidak terganggu. Selain itu pola pembiayaan CPF juga membuat potensi penyelewengan dana menjadi sangat kecil, karena bank mencairkan dana secara bertahap sesuai hasil pekerjaan. Ada empat bank nasional yang terlibat mendukung proyek tol Cipularang tahap dua ini.
Proyek itu juga meningkatkan kepercayaan diri Jasa Marga. Rasa percaya diri itu penting karena menyusul dihentikannya pembangunan proyek-proyek infrastruktur besar pada 1997, pembangunan jalan tol pun ikut mandek sampai 2001. Akibatnya, spirit membangun jalan tol baru di internal Jasa Marga pun sempat melemah, begitu pula di kalangan swasta. Para karyawan BUMN itu pun sempat resah, karena situasi itu akan berpengaruh terhadap perkembangan kesejahteraan dan karir mereka.
Sejak pembangunan jalan tol pertama (tol Jagorawi) pada 1978 sampai 1997 Indonesia baru mempunyai 570 km jalan tol. Bandingkan dengan Cina yang baru membangun jalan tol beberapa tahun setelah Indonesia, namun kini sudah memiliki 30.000 km jalan tol. Begitu pula Malaysia yang belajar membangun tol dari Indonesia, kini sudah memiliki 1.500 km jalan tol.
Setelah tol Cipularang proyek tol berikutnya yang akan dikerjakan Jasa Marga dalam waktu dekat adalah Bogor Ring Road (4 km), Gempol-Pasuruan (32 km), dan Semarang-Bawean (24 km). Total investasi ketiga ruas yang akan dikerjakan hingga 2008 itu sekitar Rp 6,2 triliun. Untuk itu pada kwartal ketiga 2005 Jasa Marga akan menerbitkan obligasi senilai Rp 1,5 triliun. Awal 2006 dilanjutkan dengan penjualan saham ke publik (initial public offering/IPO). "Kalau tidak, arus kas kami akan terganggu sehingga tidak bisa membiayai pembangunan jalan tol itu," kata Alambay. Begitu duit hasil IPO masuk, kapasitas Jasa Marga meminjam dana pun bisa makin besar. Ia menambahkan, Jasa Marga harus menjadi pelopor pembangunan jalan tol 1.500 km karena memang perusahaan yang paling siap.
Jasa Marga juga kini sedang mengincar beberapa proyek jalan tol yang akan ditenderkan pada Juli 2005. Pada tender 13 ruas proyek tol senilai total Rp 34 triliun itu, Jasa Marga kemungkinan ikut tender untuk lima ruas tol saja. “Maksimum lima ruas tol dan kita memilih ruas tol yang prospeknya sangat layak,” kata Hengki. Ketiga belas ruas tol tersebut meliputi; Palembang-Indralaya (24,5 km), Cilegon-Bojanegara (31km), Sukabumi-Ciranjang (31), Pasirkoja-Soreang (15 km), Semarang-Demak (25 km), Jogjakarta-Solo (45 km), Solo-Mantingan (58km), Mantingan-Ngawi (27 km), Ngawi-Kertosono (84 km), SS Waru-Tg. Perak Tahap II (23 km), Probolinggo-Banyuwangi (156 km), dan dua bagian dari Jakarta Outer Ring Road Tahap II (104 km). (edo rusyanto)

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home