Tuesday, May 03, 2005

Jakarta Monorail Tetap Gandeng Mitra Asing

JAKARTA-PT Jakarta Monorail (JM) mempertimbangkan agar pembuatan monorel di suplai keseluruhannya oleh produsen dalam negeri. Namun, demi mencapai target waktu, JM akan tetap menerapkan pola kerja sama dengan asing pada tahap awal pembangunan.
“Untuk proyek-proyek lanjutan nantinya akan dapat disuplai secara full oleh industri dalam negeri,” kata Sukmawaty Syukur, direktur operasional JM, kepada Investor Daily, Senin (2/5).
Hal itu diungkapkan Sukma menanggapi penawaran untuk membuat monorel yang diajukan oleh konsorsium produsen dalam negeri (dimotori Bukaka Group) untuk bersaing dengan proposal penawaran dari Korea dan Cina. Pihak JM masih terus mengkaji untuk menentukan hal tersebut.
“Sampai saat ini kami masih mengkaji penawaran supplier yang akan dipilih berdasarkan beberapa kriteria yang telah disepakati dengan Pemprov DKI Jakarta,” ujar Sukma dalam siaran persnya, pekan lalu.
Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan, belum mengetahui keterlibatan Bukaka sebagai salah satu suplier pada pelaksanaaan pembangunan monorel. “Dari laporan perkembangan terakhir sepertinya belum ada keterangan mengenai keterlibatan PT Bukaka,” kata Wagub di Jakarta, Senin (2/5).
Kehadiran Bukaka Group di proyek senilai US$ 670 juta itu, sempat mencuat sekitar pertengahan Maret 2005. Kabar santer yang beredar di kalangan wartawan, kehadiran Bukaka akan mempermulus keluarnya izin dari Sekretariat Negara terkait pemanfaatan lahan di seputar Gelora Bung Karno. Sebagaimana diberitakan, izin dari Sekneg agak tersendat sehingga menimbulkan pertanyaan dari calon investor proyek bergengsi tersebut.
Menurut Sukma, terdapat beberapa pertimbangan untuk menentukan supplier. Antara lain, memperhitungkan kualitas, harga dan skema finansial yang ditawarkan dan paling penting kesiapan memenuhi jadwal delivery time monorel yang cukup ketat.
“Kami berharap harga dapat lebih rendah serta tawaran skema finansial dan persyaratan dapat meringankan beban biaya proyek sehingga kemungkinan permintaan subsidi dapat dihilangkan,” kata dia.
Mengenai perkembangan proyek yang akan didanai pinjaman US$ 470 juta itu, Direktur Utama JM Ruslan Diwirjo mengatakan, pihaknya tengah mengerjakan pembangunan monorel. “Kita sedang mempersiapkan lahan untuk tiang pancang jalur monorel di sepanjang Jalan HR Rasuna Said Kuningan, “ujarnya.Kemudian mengenai teknologi yang akan digunakan, menurut Ruslan, pihaknya masih terus mengkaji untuk mencari teknologi terbaik serta harga yang baik pula.Seperti diberitakan, penggunaan teknologi Hitachi Jepang masih belum final, masih dalam tahap negosiasi. JM juga masih mempertimbangkan alternatif lain seperti teknologi yang ditawarkan oleh Cina dan Korea Selatan. Untuk perbandingan teknologi tersebut, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso bahkan melakukan studi banding ke Cina dan Korsel.

INKA Diharapkan Terlibat
Pembangunan monorel yang direncanakan sebagai moda utama transportasi di DKI Jakarta, diharapkan dapat melibatkan PT Industri Nasional Kereta Api (INKA). Keterlibatan itu terutama dalam pembangunan gerbongnya.Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso mengatakan, pihaknya telah meminta kepada negara-negara yang diperkirakan akan bekerja sama dalam pembangunan monorel, agar pembuatan gerbong dilakukan di Indonesia mengingatdi Tanah Air ada pabrik gerbong yang cukup representatif.“Saya sudah meminta kepada perusahaan dan pemerintah dimana saya melakukan studi banding tentang monorel itu diantaranya di Cina dan Korea, agar gerbong monorelnya bisa dibuat di Indonesia saja karena Indonesia sudah memiliki pabrik gerbong yang representatif. Dan mereka menyetujui itu kalau memang standar yang dikehendaki bisa dibangun di INKA,” ujarSutiyoso, pekan lalu, di Istana Wapres, Jakarta.Untuk itu, Sutiyoso berharap PT INKA mau proaktif menangkap peluang tersebut dan memaparkan kepada konsorsium pembangunan monorel mengenai kemampuan yang dimilikinya. Menurut dia, bila pembangunan gerbong monorel dilakukan oleh PT INKA maka dapat menimbulkan efek domino yang sangat positif, yakni adanya peluang investasi, membuka peluang kerja terhadap ratusan ribu orang, serta kebangkitan produksi dalam negeri.Pada kesempatan tersebut, Sutiyoso juga mendesak konsorsium pembangunan monorel Jakarta yang terdiri dari lima negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Hong Kong dan India, untuk segera memutuskan teknologi, harga, serta pembiayaan mana yang akan digunakan dalam pembangunan monorel. Saat ini, ada lima negara yang menawarkan alternatif teknologi monorelnya kepada Pemprov DKI Jakarta, yaitu Cina, Jepang, Korea Selatan, Uni Eropa dan Kanada.
Menurut rencana, proyek monorel Jakarta akan terdiri dari dua jalur yaitu green line yaitu jalur berputar sepanjang 14,8 km dari Gedung BEJ-Stadion Gelora Bung Karno-Plaza Senayan-TVRI-Taman Ria Senayan-Gedung MPR/DPR-Pejompongan-Karet-Sudirman-Setiabudi Utara-Kuningan Sentral-Taman Rasuna-Casablanca-Grand Melia-Satria Mandala dengan 14 stasiun.Selain itu, blue line yang merupakan jalur memanjang sepanjang 12,2 km dari Kampung Melayu-Tebet-Dr Sahardjo-Menteng Dalam-Casablanca-Ambassador-Dharmala Sakti-Menara Batavia-Karet-Kebon Kacang-Tanah Abang-Cideng-Roxy dengan 15 stasiun. (abe/ed/val/tp)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home