Friday, May 06, 2005

Pekan Depan Pemenang Tender Jasuka Diumumkan

JAKARTA-Teka-teki pemenang tender serat optik Jawa-Sumatera-Kalimantan (Jasuka) akan diumumkan pekan depan. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) selaku penyelenggara tender memastikan vendor yang mengajukan harga termurah, pasti terpilih memenangi tender.
“Minggu depan diumumkan, yang lebih murah kita pilih,”kata Abdul Haris, direktur bisnis jaringan Telkom, Rabu (4/5).
Menurut sumber Investor Daily,dari dua peserta yang lolos tahap akhir tender, yakni NEC Corp. (Jepang) dan Alcatel (Prancis), ada kecenderungan yang bakal memenangi tender tersebut adalah NEC. “Alasannya, NEC mengajukan harga yang lebih murah,” ujar sumber tadi.
Ia menambahkan, NEC yang menggandeng Siemens mampu menawarkan lebih murah untuk produk submarine (bawah laut),sedangkan untuk terestial (daratan) Alcatel justru lebih murah. Namun, produk Alcatel memiliki kualitas lebih baik. “Kebutuhannya adalah teresterial 30% dan 70% submarine,” katanya.
Abdul Haris yang dikonfirmasi mengenai kemungkinan NEC memenangi tender proyek senilai Rp 500 miliar itu, enggan menjawab detail. “Kalau nggak NEC ya Alcatel, lihat saja nanti,” ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Telkom Kristiono mengatakan, kriteria pemenang tender pelaksana proyek Jasuka adalah vendor yang bisa memberikan biaya paling murah (kompetitif). Hal itu sejalan dengan upaya perseroan dan industri telekomunikasi pada umumnya, yang terus-menerus berupaya melakukan efisiensi baik di dalam capital expenditure (capex) maupun operational expenditure (opex).
“Kita khan harus kasih harga end user murah, dengan margin tetap, marginnya kita harus jaga terus,” kata Kristiono, belum lama ini.
Ia juga berharap secepatnya bisa menyelesaikan proses tender itu, mengingat kebutuhan jaringan memang sudah mendesak. Perseroan menargetkan operasional proyek Jasuka dapat digelar awal tahun 2006.
Namun, Telkom tetap akan memperhatikan harga yang ditawarkan vendor. Diharapkan, biaya pelaksanaan proyek Jasuka benar-benar dapat merasionalisasi biaya secara signifikan.
Bahkan, Kristiono juga mengatakan tidak tertutup kemungkinan, pihaknya akan menggunakan alternatif, seperti tender ulang, untuk mendapatkan vendor yang tepat. “Ada alternatif untuk itu, kenapa enggak, Kita harus selalu terbuka, proses harus selalu fleksibel untuk mencapai kondisi terbaik,” paparnya.
Sementara itu, pengamat telekomunikasi Heru Sutadi mengungkapkan, proyek ini memiliki peran strategis bagi Telkom. Sebab, proyek jaringan serat optik ini yang akan menghubungkan jaringan-jaringan lokal perseroan. “Kondisi geografis Indonesia yang unik, memang memerlukan backbone yang dapat menghubungkan jaringan lokal,” katanya, Rabu.
Ia menjelaskan, jaringan serat optik yang dibangun Telkom ini akan memiliki kemampuan yang jauh lebih besar ketimbang jaringan kabel tembaga. Karena, jaringan kabel optik memiliki kapasitas bandwidth dan trafik yang besar. Dia juga yakin dengan proyek ini Telkom akan mampu menghubungkan jaringan telekomunikasi antarpulau. Sehingga, akan memberikan keuntungan bagi bisnis telekomunikasi lokal dan jarak jauhnya secara optimal.
Di samping itu, kata dia, proyek Jasuka dinilai juga akan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan telekomunikasinya.
Selain Alcatel dan NEC, peserta tender proyek serat optik berkemampuan tinggi dengan sistem ring tersebut adalah Fujitsu, Lucent Technology, Siemens dan Tyco System.
Sebelumnya, Kepala Divisi Long Distance Telkom Sarwoto Atmosoetarno menjelaskan, proyek jaringan serat optik tersebut membentang dari Sumatra, Jawa dan Kalimantan sepanjang 2.000 km. Jaringan tersebut melintasi daratan dan lautan. Pembangunannya diharapkan tuntas dalam setahun untuk selanjutnya dihubungkan dengan backbone yang lebih dulu dibangun Telkom.
Dengan sistem ring maka diharapkan kekhawatiran terganggunya layanan Telkom akibat rusaknya jaringan dapat dieliminir. “Dengan sistem ring, jika terjadi kerusakan di salah satu jalur maka secara otomatis akan mencari jalur lain yang tidak rusak,” kata Abdul Haris.
Backbone sistem ring Telkom yang telah rampung adalah proyek Dumai Malaka Cable System (DMCS) yang menelan biaya sekitar U$ 9,3 juta. Untuk proyek itu Telkom menggandeng Telekom Malaysia Berhad. Kedua perusahaan itu menjalin kerjasama membangun Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) untuk menyalurkan trafik telekomunikasi internasional. Proyek DMCS itu, menggelar kabel fiber optik di bawah laut, secara langsung (unrepeated submarine optical cable) dengan memiliki kapasitas maksimum 320 Gb/s atau setara dengan 3,87 juta cct. Kapasitas yang sudah terpasang untuk tahap awal (initial) saat ini adalah 20 Gb/s atau setara dengan 121 ribu cct. Perangkat dan kabel yang digelar, didesain untuk memiliki usia teknis sampai 25 tahun. Untuk menjaga kehandalan sistemnya, DMCS ini juga dinterkoneksikan dengan SKKL Dumai-Batam (High Performance Back Bone Sumatera), jaringan Thailand-Indonesia-Singapore dan South East Asia Middle East-Western Europe (SEAMEWE-4) sehingga membentuk konfigurasi cincin (ring) yang saling menjadi back up satu sama lain.
Selain itu, Telkom juga telah membangun jaringan telekomunikasi trans Kalimantan dan Sulawesi, Proyek yang diresmikan 17 Februari 2005. Jaringan itu membentang dari Ujung Pandang sampai ke Palu kemudian disambungkan ke Banjarmasin terus ke Surabaya. Dana yang dibutuhkan untuk proyek tersebut sedikitnya mencapai Rp 222,6 miliar.Backbone jaringan serat optik lainnya adalah High Performance Back Bone (HPBB) Sumatera senilai Rp 650 miliar. Proyek yang dikerjakan Siemens - Pirelly tersebut merupakan sistem komunikasi serat optik dengan menggunakan teknik modulasi Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM). (ed/tri)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home