Wednesday, July 13, 2005

Pemerintah Berupaya Bangun 340 Km Tol per Tahun

BANDUNG-Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, lima tahun ke depan pemerintah berupaya membangun jalan tol sepanjang 340 km per tahun.
"Itu (pembangunan tol 340 km, red) bagian dari rencana pemerintah membangun 1.667 km jalan tol dalam upaya percepatan pembangunan infrastruktur,"ujar Presiden, dalam sambutan peresmian jembatan laying Pasteur-Surapati (Pasupati) dan jalan tol Cikampek-Padalarang (Cipularang) II, di Bandung, Selasa (12/7).
Presiden menambahkan, selama 60 tahun Indonesia merdeka hanya mampu membangun 660 km jalan tol, atau rata-rata selama 27 tahun terakhir hanya membangun 24 km per tahun. Jauh tertinggal dari Malaysia dan Cina.
Menurut Presiden, tanpa infrastruktur yang baik, pembangunan ekonomi akan tersendat. Presiden membeberkan fakta sistem transportasi jalan yang kurang mendukung ketika masuk pelabuhan Tanjung Priok. "Karena lalulintas Cikarang-Tanjung Priok tersendat, arus ekspor dan impor bahan baku menjadi tersendat. Eksportir terancam denda oleh pembelinya," papar Presiden. Dia menambahkan, Malaysia dapat menjadi contoh. Negara itu perkonomiaannya tumbuh signifikan pascamembangun infrastruktur dengan baik.
Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum (Menteri PU) Djoko Kirmanto mengatakan, untuk merealisasikan target 1.600 km jalan tol, pemerintah secara simultan menggandeng PT Jasa Marga dan investor swasta. "Kami mengundang swasta lewat lelang yang transparan," kata Djoko, dalam laporan pembangunan Cipularang II, kemarin.
Sebagaimana diberitakan, Departemen Pekerjaan Umum menggelar tender enam ruas tol pada Januari 2005, menunjuk Jasa Marga untuk mengerjakan tiga ruas tol dan akan menggelar tender 13 ruas tol pada akhir Juli 2005.
Menurut Djoko, guna mendukung investasi jalan tol, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang (UU) No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah (PP) No.15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol. Selain itu,"Kita sedang menyempurnakan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) yang dibentuk awal Juli 2005,"kata Djoko. BPJT adalah badan yang akan memikul tugas menyelenggarakan tender jalan tol dan berhak merekomendasikan besaran kenaikan tarif jalan tol.

Pembebasan Lahan
Tentang pembebasan lahan untuk mendukung pembangunan jalan tol, , Presiden menegaskan, dirinya menandatangani Perpres 36 Tahun 2005 tentang Pembebasan Lahan bagi Kepentingan Umum. Perpres itu, kata dia, mendukung niat pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur yang macet selama krisis ekonomi tahun 1997.
Menurut Presiden, pembebasan lahan bagi kepentingan umum termasuk jalan tol tidak mengabaikan kepentingan pemilik lahan. "Pemerintah menghormati hak individu dan tidak akan semena-mena. Penentuan besaran ganti rugi lewat musyawarah. Harga tanah tidak ditentukan pemerintah, tapi oleh tim independen,"jelas Presiden SBY.
Pemerintah memprioritaskan pembangunan jalan tol bagi masyarakat banyak. "Tidak benar anggapan sebagian masyarakat bahwa pembangunan jalan tol pro investor dan pemilik modal," tegas presiden.
SBY mencontohkan jalan tol Cipularang dan Pasupati sebagai bukti pembangunan memberikan dampak positif bagi masyarakat banyak. "Saat pembangunan, menyerap ribuan tenaga kerja dan menggerakkan roda perusahaan pemasok material," tutur presiden.
Sedangkan Menteri PU menambahkan, Pasupati dan tol Cipularang dapat meningkatkan citra positif pemulihan ekonomi nasional. "Sekaligus dapat menjadi lokomotif untuk menarik investasi," kata Djoko.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Jasa Marga Hengki Herwanto menjelaskan, dengan dibukanya ruas tol Cipularang II diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah yg dilaluinya seperti Purwakarta, Plered, dan Cikalong Wetan. "Selain itu juga daerah-daerah yang dipermudah aksesnya seperti Tasikmalaya, Garut, Ciamis, Sumedang dan sekitarnya," kata Hengki. Jalan tol Cipularang memiliki panjang total 59 km – Cipularang I dan II. Investasi yg dikeluarkan Jasa Marga sekitar Rp 2,3 triliun. Sedangkan Pasupati yang sepanjang 2,8 km menelan dana Rp 437 miliar dari dana pinjaman pemerintah Kuwait. (ed)

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home