Melihat Otot Flag Carrier Singapura (2-habis)
Mie Telor Cap Ayam Memasok SIA
MASKAPAI penerbangan tidak hanya mengandalkan otot berupa kepemilikan pesawat terbang canggih. Otot lainnya, seperti sumber daya manusia (SDM) dan fasilitas catering, jika dikombinasikan dengan cermat mampu memperkuat kepakan sayap maskapai bersangkutan. Singapore International Airlines (SIA) termasuk yang beruntung memiliki otot kuat di lini tersebut.
Pemberdayaan SDM, mulai dari cabin crew hingga back office support digodok di pusat pelatihan manajemen Singapore Airlines Training Centre (SATC) di Singapura. “Untuk awak kabin rekruitmen di masing-masing negara Asia tempat SIA beroperasi. Mereka berasal dari Indonesia, Malaysia, Singapura, China, Taiwan dan India,” tukas Assistant Manager Public Affair Singapore Airlines, Supramaniam.
Pusat pelatihan manajemen dan awak kabin pesawat menjadi jaminan bagi peningkatan kemampuan skill dan knowledge 30 ribu karyawan SIA di seluruh dunia.
Supramaniam mengatakan, untuk calon pramugari harus lulus tes dan pendidikan selama 4 bulan di SATC. Sedangkan bagi pilot, harus lulus dari standar Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (International Civil Aviation Organization/ ICAO). Khusus untuk penerbangan ke Amerika Serikat harus lulus Organisasi Penerbangan Sipil AS (US Federal Aviation Administration/FAA).
“ Di SATC ini para awak kabin digembleng mulai dari bagaimana melayani penumpang hingga pelatihan manajemen,” tukas Supramaniam.
Pria berkewarganegaraan Malaysia itu menyebutkan, fasilitas pelatihan mereka cukup memadai bagi standar penerbangan internasional.
Saat mengunjungi SATC di Singapura pertengahan Maret 2004, terlihat bagaimana kesibukan penggodokan SDM maskapai yang tahun 2002-2003 meraih pendapatan 8,07 miliar dolar Singapura.
Bagi awak kabin, mulai pramugari/pramugara hingga pilot tersedia fasilitas memadai. “Ruang simulasi kami buat sedemikian rupa sehingga awak kabin dapat mempelajari secara rinci,” kata Supramaniam.
Guna memiliki skill melayani penumpang dengan baik, dalam tatarias wajah misalnya, SIA menggandeng konsultan kecantikan dari Perancis. “Konsultan melatih bagaimana menggunakan make up hingga memadukan penampilan dengan tata rias wajah,” jelas Supramaniam.
Tidak kalah penting, kata dia, setiap awak kabin dilatih untuk melakukan kondisi paling buruk sekalipun dalam penerbangan. Di SATC tersedia fasilitas bagaimana awak kabin melakukan evakuasi darat dan laut. Sebuah kolam renang yang didesain sebagai simulator pendaratan darurat di laut memungkinkan awak kabin berlatih menyelamatkan penumpang.
* * *
SIA yang memiliki 771 frekuensi penerbangan -- induk usaha (SIA) 663 kali seminggu dan anak usaha (SilkAir) 108 kali seminggu, dituntut memiliki fasilitas makanan yang memadai dari beragam penumpangnya.
Singapore Airport Terminal Services (SATS) yang menangani penyediaan catering seluruh penerbangan SIA ke seluruh dunia, memungkinkan setiap penumpang mendapat menu sesuai keinginan mereka.
Account Manager Catering SATS, Colin Tan Lin Kiat mengatakan bahwa mereka menyediakan berbagai menu mulai dari makanan Asia, Arab, hingga menu Eropa. Sekitar 1.000 pekerja catering setiap harinya memproduksi 30 ribu pak makanan. “Selain melayani penerbangan SIA, kami juga melayani sekitar 18 maskapai penerbangan di luar SIA,” ungkap Colin.
Pasokan bahan baku untuk katering berdatangan dari seluruh dunia. Misalnya saja untuk mie telor cap ayam didatangkan dari PT Prima Intipangan Sejati, Indonesia. Masih dari Indonesia, air minum dalam kemasan Evian yang diproduksi PT Tirta Investama (Group PT Aqua Golden Missisippi Tbk). Sedangkan daging sapi didatangkan dari Australia, kemudian minyak sawit dari Malaysia dan sayur-sayuran dari Singapura.
SATS memiliki dua dapur khusus, selain dapur untuk memasak menu internasional dan Eropa, yakni dapur Jepang dan dapur Muslim.
“Kami mendatangkan chef dari Jepang untuk dapur Jepang dan chef asal Indonesia, yakni mr. Bambang untuk dapur Muslim,” papar Colin.
Kehadiran dapur khusus untuk East Asia itu cukup beralasan. Jalur penerbangan East Asia merupakan kontributor terbesar pendapatan SIA. Sepanjang tahun buku 2001-2002 jalur penerbangan ini memiliki pendapatan 2,124 miliar dolar Singapura dan meningkat 2,6% setahun kemudian menjadi 2,179 miliar dolar Singapura atau setara dengan 32,3% dari total pendapatan tahun tersebut.
* * *
Otot-otot SIA, selain 95 pesawat terbang, 30 ribu SDM dan SATS, adalah SIA Engineering Group, Singapore Airlines Cargo dan SilkAir (anak usaha yang bergerak di bidang penerbangan).
Kontribusi dari masing-masing kekuatan SIA terhadap pendapatan perseroan memang masih didominasi induk usaha, khususnya pendapatan dari jasa angkutan penumpang. Tahun buku 2001-2002, SATS tercatat memiliki pendapatan 895,3 juta dolar Singapura dan meningkat 7% menjadi 958,1 juta dolar Singapura (2002-2003). SATS mengantongi laba setelah pajak sekitar 214,8 juta dolar Singapura (2001-2002) dan 214,8 juta dolar Singapura (2002-2003).
Sedangkan pendapatan SIA Engineering Group tumbuh 5,1% pada tahun 2002-2003 menjadi 878,1 juta dolar Singapura. Tapi, di sisi pendapatan setelah pajak justru melorot 8% menjadi 205,3 juta dolar Singapura dibandingkan periode setahun sebelumnya.
Divisi cargo yang memiliki 12 pesawat, pada tahun buku 2002-2003 mengalami peningkatan pendapatan hingga 23,6% menjadi 2,52 miliar dolar Singapura. SilkAir dengan 10 pesawat penumpang mampu mendongkrak pendapatannya hingga 29,1% pada periode 2002-2003 menjadi 254,1 juta dolar AS dibandingkan setahun sebelumnya. Peningkatan ini membuat laba setelah pajak SilkAir meningkat 80,6% dari 17,5 juta dolar Singapura (2001-2002) menjadi 31,6 juta dolar Singapura. (edo rusyanto)